teknik budidaya tanaman kelapa sawit

Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

 

A. Nama lain dari tanaman kelapa sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia di pelopori oleh Adrien Hallet, berkebangsaan Belgia, yang telah mempunyai pengalaman menanam kelapa sawit di Afrika. Penanaman kelapa sawit yang pertama di Indonesia dilakukan oleh beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit seperti pembukaan kebun di Tanah Itam Ulu oleh Maskapai Oliepalmen Cultuur, di Pulau Raja oleh Maskapai Huilleries de Sumatra – RCMA, dan di sungai Liput oleh Palmbomen Cultuur Mij.

B. Gambaran Umum Kelapa Sawit

Morfologi Kelapa Sawit

a. Akar

Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula (bakar akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang.

Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang manjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal.

b. Batang

Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan.

Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.

c. Daun

Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun

d. Bunga dan buah

Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyrbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk.

Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo).

Lembaga (embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah.

Arah tegak lurus ke atas (fototropy), disebut dengan plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun

Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) disebut dengan radicula yang selanjutnya akan menjadi akar.

Plumula tidak keluar sebelum radikulanya tumbuh sekitar 1 cm. Akar-akar adventif  pertama muncul di sebuah ring di atas sambungan radikula-hipokotil dan seterusnya membentuk akar-akar sekunder sebelum daun pertama muncul. Bibit kelapa sawit memerlukan waktu 3 bulan untuk memantapkan dirinya sebagai organisme yang mampu melakukan fotosintesis dan menyerap makanan dari dalam tanah.

Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles).

e. Biji

Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji.

Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode  dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment.

Jenis Kelapa Sawit.

Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut :

Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17%.

Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%.

Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnyahampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.

C. Klasifikasi dan Morfologi

Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Ordo                      : Palmales

Famili                     : Palmae

Sub – Famili           : Cocoidae

Spesies                   : 1. Elaeis guineensis Jacq (Kelapa sawit Afrika)

2. Elaeis melanococca atau Corozo oleifera (kelapasawit

Amerika Latin)

Varietas/Tipe          : Digolongkan berdasarkan :

Tebal tipisnya cangkang (endocarp) : dikenal ada tiga varietas/tipe, yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera.

Warna buah : dikenal tiga tipe yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens

D. Syarat Tumbuh

Kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan – hutan, lalu dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, di samping faktor – faktor lainnya seperti sifat genetika, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi lainnya.

Iklim

Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut :

1. Curah Hujan

Tanaman Kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500 – 4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal 2.000 – 3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Namun curah hujan yang terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun karena mengganggu kegiatan di kebun seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, pembakaran sisa-sisa tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya erosi.

Contoh Keadaan curah hujan yang baik adalah di kawasan Sumatera utara, yakni berkisar antara 2.000 – 4.000 mm per tahun, dengan musim kemarau jatuh pada bulan juni sampai september, tetapi masih ada hujan turun yang menyediakan kebutuhan air bagi tanaman. Keadaan iklim yang demikian mendorong kelapa sawit membentuk bunga dan buah secara terus menerus, sehingga  diperoleh hasil buah yang tinggi.

Di jawa, tanaman kelapa sawit berkembang di daerah Banten Selatan yang iklimnya relatif cukup basah. Sedangkan di Indonesia bagian timur, misalnya di Kalimantan Timur, yang musim kemaraunya tegas dan berlangsung selama 4-5 bulan seringkali menyebabkan kerusakan bahkan kematian pada tanaman kelapa sawit.

Keadaan curah hujan yang kurang dari 2.000 mm per tahun tidak berarti kurang baik bagi pertumbuhan kelapa sawit, asal tidak terjadi defisit air yaitu tidak tercapainya jumlah curah hujan minimum yang

2. Suhu dan Tinggi Tempat

3. Kelembapan dan Penyinaran Matahari

Sifat Kimia Tanah

Tanaman Kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Karena itu, untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Selain itu, pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0 – 6,0 dan ber – pH optimum 5,0 – 5,5.

E. Teknologi perbanyakan Tanaman

Teknologi perbanyakan tanaman yang dapat dilakukan pada tanaman kelapa sawit adalah dengan kultur jaringan dan pembibitan untuk perbanyakan secara konvensional.

Pembiakan Secara Kultur Jaringan

Pada pembiakan secara kultur jaringan, bahan tanaman kelapa sawit dapat diperoleh dalam bentuk bibit atu klon hasil pembiakan secara kultur jaringan (tissue culture). Pengembangan kelapa sawit sistem kultur jaringan dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada bahan tanaman kelapa sawit yang berasal dari biji yang umumnya memiliki keragaman dalam produksi, kualitas minyak, pertumbuhan vegatatif, dan ketahanan terhadap hama – penyakit. Bibit kelapa sawit yang diperoleh dengan sistem kultur jaringan ini disebut dengan klon kelapa sawit.

Pembuatan bibit klon dengan sistem kultur jaringan menggunakan bahan pembiakan yang berasal dari tanaman hasil persilangan antara Deli Dura dan Pisifera yang memiliki sifat – sifat unggul, yakni produksinya tinggi, pertumbuhan vegetatif seragam, kualitas minyak baik, dan toleran terhadap hama dan penyakit.

Keuntungan pembiakan kelapa sawit dengan sistem kultur jaringan di antaranya adalah sebagai berikut :

Pembiakan suatu varietas unggul melalui sistem kultur jaringan berjalan dengan cepat, tidak terlalu tergantung pada musim dan dapat dilaksanakan dengan sistem produksi bibit yang terkendali.

Pengendalian sistem produk (bibit klon) secara menyeluruh sehingga produk (bibit) yang dihasilkan seragam.

Penyimpanan plasma nutfah untuk tujuan produksi dan bank gen dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Perbanyakan pohon yang toleran terhadap beberapa penyakit yang bersifat genetis dapat dilakukan secara mudah, misalnya penyakit crown disease, genetic orange spotting, dsb.

Program pemuliaan dapat dipersingkat karena pohon terpilih dari hasil pemuliaan langsung dapat diperbanyak secara vegetatif.

Proses atau langkah – langkah pembiakan kelapa sawit dengan sistem kultur jaringan secara garis besarnya adalah sebagai berikut :

a. Bahan Kultur jaringan

Bahan kultur jaringan menggunakan pohon induk yang dipilih dari hasil persilangan pohon ibu dan pohon bapak tebaik dari varietas Deli Dura X Pisifera. Kriteria pemilihan pohon induk yang akan digunakan sebagai sel-sel pembiakan atau ortet adalah sebagai berikut :

1). Persilangan terpilih harus berproduksi 7 -9 ton minyak sawit/hektar/tahun dan pohon yang dipilih memiliki potensi produksi 9 – 11 ton minyak/hektar/tahun.

2). Kandungan asam lemak tidak jenuh di atas 54%

3). Bebas penyakit tajuk (crown disease).

4). Peninggian pohon berkisar antara 40 – 55 cm per tahun.

b. Media

Media untuk tempat menumbuhkan sel – sel pembiak adalah komponen yang tersusun dari senyawa kimia yang mampu mendukung perkembangan dan pertumbuhan jaringan. Media tumbuh ini terdiri atas unsur – unsur hara makro, mikro, protein, vitamin, mineral, dan hormon pada dosis tertentu sehingga memberikan hasil optimum bagi perkembangan jaringan.

c. Metode

Seperti telah dikemukakan di atas, perbanyakan bahan tanaman melalui kultur jaringan dapat menggunakan teknologi Inggris (Unilever) atau teknologi perancis (CIRAD – CP). Metode pembiakan kultur jaringan yang dilaksanakan oleh PPKS Medan adalah metode CIRAD – CP yang dilaksanakan melalui lima tahap kegiatan sebagai berikut.

Induksi Kalus

Bahan biakan adalah daun kelapa sawit yang manis muda (daun ke – 4, ke – 5, ke – 6 atau ke – 7) dan masih aktif. Daun Kelapa sawit tersebut diiris melintang berukuran 1 cm. Dari satu pohon induk dapat diperoleh sebanyak 1.200 bahan biakan atau eksplan.

Pembentukan Embrio

Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan embrio dari kalus berbeda – beda, tergantung pada klon yang digunakan.

Pembiakan Embrio

Embrio muda dipindahkan ke media baru untuk pematangan sekaligus perbanyakannnya. Embrio tersebut dipelihara di dalam ruang pembiakan dengan intensitas cahaya 1.000 gross lux suhu 270C dan kelembaban udara 50% – 60%. Pematangan embrio membutuhkan waktu 2 – 4 bulan. Kemampuan pembiakan embrio dari setiap klon berbeda, tetapi tidak ada hubungannya dengan jenis persilangan. Pada embrio yang sudah matang (mature) dapat ditumbuhi – pupus, embrio juga didapat sebagai stock atau koleksi dalam tabung penyimpanan dengan teknik krioperservasi.

Penumbuhan Pupus

Embrio yang terpilih untuk penumbuhan pupus dipindahkan ke dalam media baru, dikulturkan di dalam ruang pembiakan dengan intensitas cahaya 1.000 gross lux, suhu 300C, dan kelembaban 50 – 60%. Penumbuhan pupus membutuhkan waktu 2 – 4 bulan.

Penumbuhan Akar

Pupus yang tumbuh dalam satu kelompok diseleksi untuk penumbuhan akar. Pupus yang mempunyai ukuran lebih dari 6 cm disapih dari kelompoknya dan dimasukkan ke dalam media induksi akar. Pupus yang masih berukuran kecil dipelihara kembali dalam media penumbuhan pupus

Pembiakan Secara Pembibitan

Pembibitan klon meliputi pembibitan awal (pre nursery) selama 3 bulan dan pembibitan utama (main nursery) selama 9 bulan. Sebelum pembibitan awal dilakukan, planlet (tanaman baru) perlu melewati fase aklimatisasi, yaitu proses adaptasi planlet dari kondisi laboratorium menjadi kondisi lingkungan alami di luar.

Gambar 23. Pembibitan Kelapa Sawit.

F. Persemaian dan Pembibitan

Pembibitan

Benih kelapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan oleh lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah. Proses pengecambahan umumnya dilakukan sebagai berikut.

Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.

Tandan buah diperam selama 3 hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.

Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji dengan air, lalu rendam dalam air selama 6-7 hari. Ganti air rendaman setiap hari. Selanjutnya rendam biji tadi dalam Dithane M-45 konsentrasi 0,2 % selama 2 menit, lalu keringanginkan.

Masukkan biji kelapa sawit tersebut ke dalam kaleng pengecambahan dan simpan di dalam ruangan bertemperatur 39oC dengan kelembaban 60-70% selama 60 hari. Setiap 7 hari, benih dikeringanginkan selama 3 menit.

Setelah 60 hari, rendam benih dalam air sampai kadar air 20-30% dan dikeringanginkan lagi. Masukkan benih ke dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 1-2 menit. Simpan benih di ruangan bertemperatur 27C. Setelah 10 hari, benih berkecambah pada hari ke-30 tidak digunakan lagi.

G. Persiapan Lahan

Tanaman Kelapa sawit sering ditanam pada berbagai kondisi areal sesuai dengan ketersediaan lahan yang akan dibuka menjadi lahan kelapa sawit. Cara membuka untuk tanaman kelapa sawit disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia.

Bukaan baru (new planting) pada hutan primer, hutan sekunder, semak belukar atau areal yang ditumbuhi lalang.

Konversi, yaitu penanaman pada areal yang sebelumnya ditanami dengan tanaman perkebunan seperti karet, kelapa atau komoditas tanaman perkebunan lainnya.

Bukaan ulangan (replanting), yaitu areal yang sebelumnya juga ditanami kelapa sawit.

Persiapan lahan merupakan kegiatan yang sangat penting dan harus dilaksanakan berdasarkan jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan. Mengingat areal kebun kelapa sawit yang cukup luas, pembukaan lahan dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap. Namun, yang terpenting adalah keadaan kebun sudah siap dipanen dan dapat memasok buah yang akan diolah ketika pabrik sudah siap berproduksi.

Pembukaan Lahan Secara Mekanis

Pembukaan lahan secara mekanis dilakukan pada areal hutan dan konversi yang ditumbuhi oleh pohon – pohon besar. Pembukaan lahan secara mekanis ini terdiri dari beberapa pekerjaan sebagai berikut : Babad pendahuluan, yaitu membabad dan memotong pohon –kecil atau semak – semak yang tumbuh dibawah pohon besar, Menumbang, memotong pohon – pohon besar yang berdiameter di atas 10 cm dengan menggunakan gergaji mesin atau kapak, Merencek, memotong – motong cabang – cabang dan ranting – ranting kayu yang sudah tumbang untuk memudahkan perumpukan,Merumpuk yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan dan rencekan biasanya memanjang arah utara-selatan agar dapat sinar matahari secukupnya dan cepat kering, dan Membakar yaitu membakar rumpukan agar area bersih dari bahan – bahan yang tidak diperlukan.

H. Penanaman dan Penyulaman

Jenis – jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah : (a) Pembuatan larikan tanaman atau penempatan pancang, atau ajir tanam, (b). Penanaman tanaman penutup tanah kacangan, dan  (c). Penanaman Kelapa sawit.

1. Pengajiran

Pada tahap pertama dibuat rancangan larikan (barisan) tanaman serta pancang sebagai titik tanam, dimana bibit kelapa sawit akan ditanam. Pengajiran atau memancang adalah menentukan tempat – tempat yang akan ditanam bibit kelapa sawit. Letak ajir (pancang) harus tepat, sehingga terbentuk barisan ajir yang lurus dilihat dari segala arah, dan kelak setiap individu tanaman pun akan lurus teratur serta memperoleh tempat tumbuh yang sama luasnya. Dalam keadaan yang demikian, tanaman mempunyai peluang utnuk tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang tidak berbeda.

Sistem jarak tanaman yang digunakan umumnya adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 m X 9 m X 9 m. Dengan sisitem segitiga sama sisi ini, Jarak Utara-Selatan tanaman adalah 7,82 m dan jarak antara setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon. Penanaman kelapa sawit dapat juga menggunakan jarak tanam 9,5 m X 9,5 m X 9,5 m dengan jarak tegak lurusnya (U-S) 8,2 m dan populasi 128 pohon per hektar. Untuk mencapai ketepatan pengajiran, pekerjaan pengajiran harus dilaksanakan oleh pekerja yang terlatih.

2. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam harus dibuat beberapa minggu  sebelum penanaman agar tanah yang digali dan lubang tanam mengalami pengaruh iklim sehingga  terjadi perbaikan tanah secara fisika ataupun kimia dan dapat dilakukan pemeriksaan lubang baik ukurannya maupun jumlah per hektarnya. Pembuatan lubang yang dilakukan pada saat tanam atau hanya 1-2 hari sebelum tanam tidak dianjurkan.

Lubang tanam kelapa sawit biasanya dibuat dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, tetapi ada juga yang hanya berukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada saat menggali, tanah atas ditaruh di sebelah dan tanah bawah di sebelah selatan lubang. Ajir ditancapkan di samping lubang dan bila lubang telah selesai dibuat, ajir ditancapkan kembali di tengah – tengah lubang. Apabila tanaman akan ditanam menurut garis tinggi (kontur) atau dibuat teras melingkari bukit, letak lubang tanaman harus berada paling dekat 1,5 m dari sisi lereng. Untuk penanaman kelapa sawit yang melingkari bukit, biasanya dibuat teras – teras terlebih dahulu, baik teras individual maupun teras kolektif.

3. Menanam

Kegiatan menanam terdiri dari kegiatan mempersiapkan bibit di Pembibitan utama, Pengangkutan bibit ke lapangan, Menaruh bibit di setiap lubang, persiapan lubang, menanam bibit pada lubang, dan pemeriksaan areal yang sudah ditanami.

4. Tanaman Penutup Tanah

Penanaman tanaman penutup tanah biasa dilaksanakan pada perkebunan kelapa sawit. Tanaman penutup tanah adalah tanaman kacangan (Legume cover crops, LCC) yang ditanam untuk menutup tanah yang terbuka di antara kelapa sawit karena belum terbentuk tajuk yang dapat menutup permukaan tanah. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat – sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah terjadinya erosi, mempertahankan kelembaban tanah, dan menekan tumbuhan pengganggu (gulma). Penanaman kacangan penutup tanah sebaiknya dilaksanakan segera setelah pembukaan lahan selesai dilaksanakan.

Jenis – jenis tanaman kacangan penutup tanah yang umum ditanam di perkebunan kelapa sawit adalah Calopogonium caeruleumCalopogonium mucunoides, Pueraria javanica, Pueraria phaseoloides, Centrocema pubescens, Psophocarphus palustries, dan Mucuna cochinchinensis.

I. Penyiangan (pengendalian gulma)

Upaya pengendalian gulma telah dilaksanakan dengan menanami tanah di antara tanaman kelapa sawit (gawangan) dengan tanaman kacang penutup tanah dan membuat piringan di sekeliling tiap individu tanaman. Bila pertumbuhan gulma tidak dikendalikan dengan baik, maka berbagai macam gulma dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu (menyaingi) pertumbuhan tanaman pokok, menyebabkan keadaan kebun menjadi kotor dan lembab. Pengendalian gulma pada tanaman menghasilkan dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya saingan terhadap tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan pemeliharaan, dan mencegah berkembangnya hama dan penyakit tertentu.

Secara garis besar jenis – jenis gulma yang dijumpai pada perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan menjadi :

Gulma berbahaya, yaitu gulma yang memiliki daya saing tinggi terhadap tanaman pokok, misalanya lalang (Imperata cylindrica), sembung rambat (Mikania cordata dan M. Micrantha), lempuyangan (Panicum repens), teki (Cyperus rotundus), serta beberapa tumbuhan berkayu diantaranya.putihani/krinyuh (Eupathorium odoratum syn. Chromolaena odorata), harendong (Melastoma malabtrichum), dan tembelekan (Lantana camara)

Gulma lunak, yaitu gulma yang keberadaannya dalam budi daya tanaman kelapa sawit dapat di toleransi, sebab jenis gulma ini dapat menahan erosi tanah, kendati demikian pertumbuhannya harus dikendalikan. Yang termasuk gulma lunak misalnya babadotan/wedusan (Ageratum conyzoides), rumput kipahit (Paspalum conjugatum), pakis (Nephrolepis biserata), dan sebagainya.

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut :

Pengendalian gulma secara manual, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan peralatan dan upaya pengendalian secara konvensional, misalnya dibabad, dibongkar dengan cangkul, digarpu dan sebagainya.

Pengendalian gulma secara kimia, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida, baik yang bersifat kontak maupun sistemik.

Pengendalian Secara kultur teknis,yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan tanaman penutup tanah jenis kacangan.

 
   

Gambar 24. Tanaman Kelapa Sawit setelah Pengendalian Gulma

J. Pemupukan

Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur – unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan daun terlebih dahulu. Dengan analisis tanah dan daun, maka ketersediaan unsur – unsur hara di dalam tanah pada saat itu dapat diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman dapat diketahui juga. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan kebutuhan tanaman terhadap jenis – jenis unsur hara secara lebih tepat, sehingga dapat ditetapkan dosis pemupukan yang harus diaplikasikan.

Tabel 25. Dosis Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Unsur Tanaman.

Jenis Pupuk

Dosis (Kg/Pokok/Tahun) *)

Umur Tanaman

5 – 5

6 – 12

>12

Sulphate of Amonia (ZA)

1,0 – 2,0

2,0 – 3,0

1,5 – 3,0

Rock Phosphate (RP)

0,5 – 1,0

1,0 – 2,0

0,5 – 1,0

Muriate of Potash (KCl)

0,4 – 1,0

1,5 – 3,0

1,5 – 2,0

Kieserite (MgSO4)

0,5 – 1,0

1,0 – 2,0

0,5 – 1,5

*) Keterangan :

Pupuk N, K, dan Mg diberikan dua kali aplikasi, pupuk P diberikan satu kali aplikasi, dan pupuk B (bila diperlukan) diberikan dua kali aplikasi per tahun (salah satu contoh dosis B  adalah 0,05 – 0,1 Kg per pohon per tahun)

Cara pemberian pupuk diperhatikan secara seksama agar pemupukan dapat terlaksana secara efisien. Untuk mencapai maksud tersebut, pemberian pupuk pada Tanaman Menghasilkan (TM) harus dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

Pupuk N ditaburkan secara merata pada piringan mulai jarak 50 cm sampia  dipinggir luar piringan.

Pupuk P, K, dan Mg ditabur secara merata dari jari – jari 1,0 m hingga jarak 3,0 m dari pangkal pokok (0,75 – 1,0 m di luar piringan)

Pupuk B ditaburkan secara merata pada jarak 30 – 50 cm dari tanaman pokok

Pemberian pupuk pada kelapa sawit diatur dua kali dalam setahun. Pemberian pupuk yang pertama dilakukan pada akhir musim hujan yaitu bulan Maret – April dan pemberian pupuk kedua dilakukan pada awal musim  hujan yaitu bulan September – Oktober.

K. Pemangkasan

Pemangkasan atau disebut juga penunasan adalah pembuangan daun – daun tua atau yang tidak produktif  pada tanaman kelapa sawit, pada tanaman muda sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan, kecuali dengan maksud mengurangi penguapan oleh daun pada saat tanaman akan dipindahkan dari pembibitan ke areal perkebunan. Adapu tujuan pemangkasan adalah sebagai berikut :

Memperbaiki sirkulasi udara di sekitar tanaman sehingga dapat membantu proses penyerbukan secara alami

Mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan buah terjepit pada pelepah daun.

Membantu dan memudahkan pada waktu panen

Mengurangi perkembangan epifir

Agar proses metabolisme tanaman berjalan lancar, terutama proses fotosintesis dan respirasi.

L. Pengendalian Hama dan Penyakit

Tanaman kelapa sawit dapat diserang oleh berbagai hama dan penyakit tanaman sejak di pembibitan hingga di kebun pertanaman. Hama dan penyakit dapat merusak bibit, tanaman muda yang belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman yang sudah menghasilkan (TM).

Beberapa jenis hama dan penyakit dapat menimbulkan kerugian yang besar pada bibit, tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Oleh karena itu, pengendalian terhadap hama dan penyakit perlu dilaksanakan secara baik dan benar.

Pengendalian hama dan penyakit dapat dilaksanakan secara manual, kimia, atau biologis sesuai dengan hama dan penyakit yang menyerang. Selain serangan hama yang tergolong jenis serangga, bibit dan tanaman muda juga sering diserang oleh hewan besar jenis mamalia terutama bila kebun kelapa sawit dibuka pada lahan yang sebelumnya berupa hutan, baik hutan primer maupun hutan sekunder.

a. Hama

Hama yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit biasanya terbagi menjadi hama perusak akar, hama perusak daun, hama perusak tandan buah.

a.1. Hama Perusak Akar.

Hama yang sering merusak akar kelapa sawit adalah nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus. Gangguan nematoda ini dijuluki red ring disease. Hama ini menyerang akar tanaman kelapa sawit. Gejala – gejala umum dari kelapa sawit yang terserang adalah pusat mahkota mengerdil dan daun – daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak. Daun berubah warna menjadi kuning kemudian mengering. Tandan bunga membusuk dan tidak membuka sehingga tidak menghasilkan buah.

a.2. Hama Perusak Daun

Ada beberapa jenis hama yang merusak daun tanaman kelapa sawit, di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Kumbang Tanduk (Oryctes rhynoceros)

Kumbang tanduk banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman muda yang baru ditanam hingga berumur 2-3 tahun. Kumbang dewasa (imago) masuk kedaerah titik tumbuh ( pupus ) dengan membuat lubang pada pangkal pelepah daun muda yang masih lunak.

Pengendalian hama kumbang tanduk lebih diutamakan pada upaya pencegahan (preventif), yaitu menghambat perkembangan larva dengan mengurangi kemungkinan kumbang bertelur pada medium yang tersedia, yakni dengan cara sebagai berikut :

ü      membakar sampah – sampah dan bagian pohon yang mati, agar larva hama terbakar dan mati

ü      mempercepat tertutupnya tanah dengan tanaman penutup tanah dengan tanaman penutup tanah agar dapat menutup bagian – bagian batang hasil tebangan pada saat pembukan lahan yang membusuk di lokasi kebun

ü      Pemberian bahan pengusir, misalnya kapur barus yang diletakkan pada batang kelapa sawit yang mulai membusuk (pada pembukaan ulangan)

b. Ulat Setora (Setora nitens)

Ulat setora muda memakan anak – anak daun dari tanaman muda dan tanaman sudah menghasilkan yang berumur antara 2-8 tahun. Hama ini kadang – kadang memakan daun kelapa sawit hingga ke lidinya.

Pengendalian Hama ulat setora dapat dilakukan secara hayati dan secara kimia. Pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasit telur yaitu lebahTrichogrammatidae I dan lebah Ichneumonidae, serta perusak kokoh yaitu lalat Tachinidae

c. Ulat Siput (Darna trima Mooore)

Ulat Darna trima menyerang daun kelapa sawit, terutama pada tanaman muda, meskipun sering pula menyerang daun pada tanaman dewasa. Serangan yang hebat dapat menimbulkan kerusakan berat dan dapat dijumpai jumlah ulat yang tinggi pada setiap pelepah kelapa sawit.

Pengendalian ulat Darma trima dapat dilaksanakan secara kimia dan hayati. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menyemprot tanaman yang terserang dengan insektisida. Pengendalian secara hayati dapat menggunakan musuh alami seperti parasit ulat yaitu lebah Broconidae,meskipun hasilnya tidak seefektif cara kimia.

d. Serangga Asinga (Sethothosea Asigna)

Ulat dari hama ini menyerang daun kelapa sawit terutama daun yang menyerang dalam keadaan aktif, yaitu daun nomor 9 – 25. Hama ini merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman kelapa sawit di sentra perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara kimia dan secara hayati. Pengendalian secara kimia dapat menggunakan insektisida, pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami.

b. Penyakit

a. Penyakit Tajuk (Crown disease)

Biasanya menyerang tanaman kelapa sawit yang berumur 2-3 tahun. Bagian yang diserang adalah pucuk yang belum membuka. Penyakit ini tidak bisa diberantas, tetapi hanya bisa dilakukan pembuangan bagian yang terserang untuk memperbaiki bentuk tajuk dan mencegah infeksi dari jamur Fusarium sp.

b. Basal Steam Rot

Penyebabnya adalah Ganoderma sp. Gejala pada tingkat serangan pertama secara visual sukar diamati. Pada tingkat yang lebih lanjut, cabang daun bagian atas terkulai, selanjutnya pohon akan mati. Pemberantasan yang efektif sampai sekarang belum ada.

c. Marasmius

Penyakit marasmius dapat menggagalkan atau merusak pembentukan buah. Pemberantasan dilakukan dengan membersihkan pohon.

M. Panen dan Pengolahan Hasil Panen

Panen

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulitnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.

Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen serta mutu panen.

Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan  memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen.

1. Kriteria matang Panen

Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat dua brondolan.

2. Cara panen

Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m dengan menggunakan alat arit bergagang panjang. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan.

Gambar 25. Cara panen pada tanaman kelapa sawit dengan metode dodos

3. Persiapan Panen

Untuk menghadapi masa panen dan agar proses dapat berjalan dengan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan jalan untuk pengangkutan hasil harus diperbaiki. Para pemanen harus disiapkan peralatan yang akan digunakan.

 

jarak tanam kelapa sawit euy

A. Jarak tanam 132 pohon / ha: 
8,333 mtr X 9,090 mtr. 
Dalam 100 mtr: 12 = 8,333 mtr. 
100 mtr: 11 = 9,090 mtr. 
1 ha: 100 X 100 = 10000 mtr2. 
Artinya dalam 1 ha terdapat 12 baris, dan dalam 1 baris ada 11 pohon.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

teknik tanaman tebu

 

TUGAS MAKALAH

TANAMAN BUDIDAYA HORTIKULTURA

SYARAT TUMBUH  BUDIDAYA TANAMAN TEBU

O

L

E

H

 

                        NAMA                    : FERI HARIONO

                                    NIM                         : 8575 – 09

                                    P. STUDI                : AGRIBISNIS


LABORATORIUM TEKNOLOGI TANAMAN BUDIDAYA HORTIKULTURAL

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

 

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN TEBU

Syarat tumbuh tanaman tebu

  1. 1.    Iklim

a)    Hujan yang merata diperlukan setelah tanaman berumur 8 bulan dan kebutuhan ini berkurang sampai menjelang panen

b)   Tanaman tumbuh baik pada daerah beriklim panas dan lembab.

c)    Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini > 70%Suhu udara berkisar antara 28-34 derajat C.

  1. 2.    Media Tanam

a)      Tanah yang terbaik adalah tanah subur dan cukup air tetapi tidak tergenang.

b)      Jika ditanam di tanah sawah dengan irigasi pengairan mudah di atur tetapi jika ditanam di ladang/tanah kering yang tadah hujan penanaman harus dilakukan di musim hujan.

  1. Ketinggian Tempat Ketinggian tempat yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah 5-500 m dpl. II.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Pembibitan

Bibit yang akan ditanam berupa bibit pucuk,bibit batang muda,  bibit rayungan dan  bibit siwilan

a)    Bibit pucuk Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan. Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu. Biaya bibit lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena tidak mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air. Penggunaan bibit pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah berporduksi.

b)   Bibit batang muda Dikenal pula dengan nama bibit mentah / bibit krecekan. Berasal dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan 3 stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan bibit, tanaman dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang.1 hektar tanaman kebun bibit bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar.

c)     Bibit rayungan (1 atau 2 tunas) Bibit diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Bibit ini dibuat dengan cara:

  1. Melepas daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat.
  2. Batang tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan dipakai.
  3. Tanaman tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha Bibit ini memerlukan banyak air dan pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1 hektar tanaman kebun bibit rayungan dapat menghasilkan bibit untuk 10 hektar areal tebu.

Kelemahan bibit rayungan adalah tunas sering rusak pada waktu pengangkutan dan tidak dapat disimpan lama seperti halnya bibit bagal. d) Bibit siwilan Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya sudah mati. Perawatan bibit siwilan sama dengan bibit rayungan.

Pengolahan Media Tanam Terdapat dua jenis cara mempersiapkan lahan perkebunan tebu yaitu cara reynoso dan bajak. Persiapan Disebut juga dengan cara Cemplongan dan dilakukan di tanah sawah. Pada cara ini tanah tidak seluruhnya diolah, yang digali hanya lubang tanamnya

 

 

 Pembukaan Lahan

a)    Pada lahan sawah dibuat petakan berukuran 1.000 m2. Parit membujur, melintang dibuat dengan lebar 50 cm dan dalam 50 cm. Selanjutnya dibuat parit keliling yang berjarak 1,3 m dari tepi lahan.

b)   Lubang tanam dibuat berupa parit dengan kedalaman 35 cm dengan jarak antar lubang tanam (parit) sejauh 1 m. Tanah galian ditumpuk di atas larikan diantara lubang tanam membentuk guludan. Setelah tanam, tanah guludan ini dipindahkan lagi ke tempat semula.

Teknik Penanaman

 Penentuan Pola Tanam Umumnya tebu ditanam pada pola monokultur pada bulan Juni-Agustus (di tanah berpengairan) atau pada akhir musim hujan (di tanah tegalan/sawah tadah hujan). Terdapat dua cara bertanam tebu yaitu dalam aluran dan pada lubang tanam.

Pada cara pertama bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah setebal 2-3 cm dan disiram. Cara ini banyak dilakukan dikebun Reynoso. Cara kedua bibit diletakan melintang sepanjang solokan penanaman dengan jarak 30-40 cm. Pada kedua cara di atas bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan. Bibit yang diperlukan dalam 1 ha adalah 20.000 bibit.Cara Penanaman Sebelum tanam, tanah disiram agar bibit bisa melekat ke tanah.

a)    Bibit stek (potongan tebu) ditanam berimpitan secara memanjang agar jumlah anakan yang dihasilkan banyak. Dibutuhkan 70.000 bibit stek/ha.

b)   Untuk bibit bagal/generasi, tanah digaris dengan kedalaman 5-10 cm, bibit dimasukkan ke dalamnya dengan mata menghadap ke samping lalu bibit ditimbun dengan tanah. Untuk bibit rayungan bermata satu, bibit dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kemiringan 45 derajat, sedangkan untuk rayungan bermata dua bibit dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kedalaman 1 cm. Satu hari setelah tanam lakukan penyiraman jika tidak turun hujan. Penyiraman ini tidak boleh terlambat tetapi juga tidak boleh terlalu banyak.

Pemeliharaan Tanaman

1. Penjarangan dan Penyulaman

a)      Sulaman pertama untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata satu dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Bibit rayungan sulaman disiapkan di dekat tanaman yang diragukan pertumbuhannya. Setelah itu tanaman disiram. Penyulaman kedua dilakukan 3-4 minggu setelah penyulaman pertama.

b)      Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata dua dilakukan tiga minggu setelah tanam (tanaman berdaun 3-4 helai). Sulaman diambil dari persediaan bibit dengan cara membongkar tanaman beserta akar dan tanah padat di sekitarnya. Bibit yang mati dicabut, lubang diisi tanah gembur kering yang diambil dari guludan, tanah disirami dan bibit ditanam dan akhirnya ditimbun tanah. Tanah disiram lagi dan dipadatkan.

c)      Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit pucuk. Penyulaman pertama dilakukan pada minggu ke 3. Penyulaman kedua dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan penyiraman ke dua yaitu 1,5 bulan setelah tanam.Kedua penyulaman ini dilakukan dengan cara yang sama dengan point (b) di atas.

d)     Penyulaman ekstra dilakukan jika perlu beberapa hari sebelum pembumbunan ke 6. Adanya penyulaman ekstra menunjukkan cara penanaman yang kurang baik.

e)      Penyulaman bongkaran. Hanya boleh dilakukan jika ada bencana alam atau serangan penyakit yang menyebabkan 50% tanaman mati. Tanaman sehat yang sudah besar dibongkar dengan hati-hati dan dipakai menyulan tanaman mati. Kurangi daun-daun tanaman sulaman agar penguapan tidak terlalu banyak dan beri pupuk 100-200 Kg/ha.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat pembubunan tanah dan dilakukan beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma. Pemberantasan gulma dengan herbisida di kebun dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November dengan campuran 2-4 Kg Gesapas 80 dan 3-4 Kg Hedanol power.

Pembubunan

            Sebelum pembubunan tanah harus disirami sampai jenuh agar struktur tanah tidak rusak.

a)      Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3-4 minggu. Tebal bumbunan tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar tidak cepat mengering.

b)      Pembumbun ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan.

c)      Pembumbuna ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan.

d)     Perempalan Daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran.

 Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu saat tanam atau sampai 7 hari setelah tanam dengan dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120 kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KCl/ha).dan (2) pada 30 hari setelah pemupukan ke satu dengan 10 gram urea per tanaman atau 200 kg urea per hektar. Pupuk diletakkan di lubang pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh 7-10 cm dari bibit dan ditimbun tanah. Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk tidak keluar dari daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus selesai dalam satu hari. Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh seperti Cytozyme (1 liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 Hari.

Pengairan dan Penyiraman

Pengairan dilakukan dengan berbagai cara:

a)      Air dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman.

b)      Penyiraman lubang tanam ketika tebu masih muda. Waktu tanaman berumur 3 bulan, dilakukan pengairan lagi melalui saluran-saluran kebun.

c)      Air siraman diambil dari saluran pengairan dan disiramkan ke tanaman. d) Membendung got-got sehingga air mengalir ke lubang tanam.

Pengairan dilakukan pada saat:

a)      Waktu tanam

b)      Tanaman berada pada fase pertumbuhan vegetatif

c)       Pematangan.

Hama dan Penyakit

Hama Penggerek batang bergaris (Proceras cacchariphagus), penggerek batang berkilat (Chilitrae auricilia), penggerek batang abu-abu (Eucosma schismacaena), penggerek batang kuning (Chilotraea infuscatella), penggerek batang jambon (Sesmia inferens)

Gejala: daun yang terbuka mengalami khlorosis pada bagian pangkalnya; pada serangan hebat, bentuk daun berubah, terdapat titik-titik atau garis-garis berwarna merah di pangkal daun; sebagian daun tidak dapat tumbuh lagi; kadang-kadang batang menjadi busuk dan berbau tidak enak.Pengendalian: dengan suntikan insektisida Furadan 3G (0,5 kg/ha) pada waktu tanaman berumur 3-5 bulan. Suntikan dilakukan jika terdapat 400 tanaman terserang dalam 1 hektar.

Tikus Pengendalian: dengan gropyokan secara bersama atau pengemposan belerang pada lubang yang dihuni tikus. Penyakit :

a)    Pokkahbung Penyebab: Gibbrela moniliformis. Bagian yang diserang adalah daun, pada stadium lanjut dapat menyerang batang. Gejala: terdapat noda merah pada bintik khlorosis di helai daun, lubang-lubang yang tersebar di daun, sehingga daun dapat robek, daun tidak membuka (cacat bentuk), garis-garis merah tua di batang, ruas membengkak. Pengendalian: memakai bibit resisten, insektisida Bulur Bordeaux 1% dan pengembusan tepung kapur tembaga.

b)    Dongkelan Penyebab: jamur Marasnius sach-hari Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman sebelah dalam dan bibit di dederan/persemaian. Gejala: tanaman tua dalam rumpun mati tiba-tiba, daun tua mengering, kemudian daun muda, warna daun menjadi hijau kekuningan dan terdapat lapisan jamur seperti kertas di sekeliling batang. Pengendalian: tanah dijaga agar tetap kering.

c)    Noda kuning Penyebab: jamur Cercospora kopkei . Bagian yang diserang daun dan bagian-bagaian dengan kelembaban tinggi. Gejala: noda kuning pucat pada daun muda yang berubah menjadi kuning terang. Timbul noda berwarna merah darah tidak teratur; bagian bawah tertutup lapisan puiih kotor. Helai daun mati berwarna agak kehitaman. Pengendalian: adalah dengan memangkas dan membakar daun yang terserang. Kemudian menyemprot dengan tepung belerang ditambah kalium permanganat.

d)   Penyakit nanas Penyebab: adalah jamur Ceratocytis paradoxa. Bagian yang diserang adalah bibit yang telah dipotong. Gejala: warna merah bercampur hitam pada tempat potongan, bau seperti buah nanas. Pengendalian: luka potongan diberi ter atau desinfeksi dengan 0,25% fenylraksa asetat.

e)    Noda cincin Bagian yang diserang daun, lebih banyak di daerah lembab daripada daerah kering. Penyebab: jamur Heptosphaeria sacchari, Helmintosporium sachhari, Phyllsticta saghina. Gejala: noda hijau tua di bawah helai daun, bagian tengah noda menjadi coklat; pada serangan lanjut, warna coklat menjadi jernih, daun kering. Pengendalian: mencabut tanaman sakit dan membakarnya.

f)    Busuk bibit Bagian yang diserang adalah bibit dengan gejala tanaman kekuningan dan layu. Penyebab: bakteri. Gejala: bibit yang baru ditanam busuk dan buku berwarna abu-abu sampai hitam. Pengendalian: menanam bibit sehat, perbaikan sistim pembuangan air yang baik, serta tanah dijaga tetap kering.

g)   Blendok Bagian yang diserang adalah daun tanaman muda berumur 1,5-2 bulan pada musim kemarau.Penyebab: Xanthomonas albilicans. Gejala: terdapat pada khlorosis pada daun; pada serangan hebat seluruh daun bergaris hijau dan putih; titik tumbah dan tunas berwarna merah. Pengendalian: Menanam bibit resisten (2878 POY, 3016 POY), Lakukan desinfeksi para pemotong bibit, merendam bibit dalam air panas 52,5oC dan lonjoran bibit dijemur 1-2 hari.

h)   Virus mozaik Penyebab: Virus. Pengendalian: menjauhkan tanaman inang, bibit yang sakit dicabut dan dibakar.

Panen

Ciri dan Umur Panen Umur panen tergantung dari jenis tebu:

a)      Varitas genjah masak optimal pada < 12 bulan

b)      Varitas sedang masak optimal pada 12-14 bulan,

c)      Varitas dalam masak optimal pada > 14 bulan. Panen dilakukan pada bulan Agustus pada saat rendeman (persentase gula tebu) maksimal dicapai.

 

Cara Panen

a)      Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm.

b)      Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali. Batang dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang.

c)      Mencabut batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar.Potong akar batang dan 3 buku dari permukaan pangkal batang.

d)     Pucuk dibuang.

e)      Batang tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik untuk segera digiling Panen dilakukan satu kali di akhir musim tanam.

Perkiraan Produksi Hasil Tebu Rakyat Intensifikasi I di tanah sawah adalah 120 ton/ha dengan rendemen gula 10% sedangkan hasil TRI II di tanah sawah adalah 100 ton dengan rendemen 9%. Di tanah tegalan produksi tebu lebih rendah lagi yaitu pada TRI I tegalan adalah 90 ton/ha dan pada TRI II tegalan sebesar 80 tom/ha.

Pascapanen

  1. Pengumpulan Hasil tanam dari lahan panen dikumpulkan dengan cara diikat untuk dibawa ke pengolahan.
  2. Penyortiran dan Penggolongan Syarat batang tebu siap giling supaya rendeman baik:
    1. Tidak mengandung pucuk tebu
    2.  Bersih dari daduk-daduk (pelepah daun yang mengering)
    3. Berumur maksimum 36 jam setelah tebang.

Tanaman tebu atau Saccharum officinarum merupakan bahan utama penghasil gula pasir. Pengusahaan tanaman tebu pada lahan sawah perlu memperhatikan kelayakan usaha, dalam arti dapat memberikan produktivitas lahan yang cukup tinggi, tidak terlalu jauh dari pabrik gula dengan prasarana seperti jalan dan jembatan yang cukup, dan tidak membahayakan kelestarian lingkungan.

Kelayakan usaha ini sangat penting karena tidak saja menyangkut operasi perusahaan tetapi juga pendapatan petani yang mengusahakan tebu di wilayah itu. Usahatani yang dapat menjamin pendapatan yang cukup tinggi merupakan motivasi kuat yang mendorong petani mencintai tanaman tebu yang diusahakannya.

Bibit merupakan modal dasar dalam budidaya tebu, sehingga dalam upaya peningkatan produksi dan produktifitas gula, penggunaan bibit unggul tebu mutlak dilakukan. Bibit tebu adalah bagian dari tanaman tebu yang merupakan bahan tanaman yang dapat dikembangkan untuk pertanaman baru. Bibit unggul tebu berkualitas memiliki potensi produksi tinggi, bebas hama penyakit, mempunyai tingkat kemurnian lebih dari 95%, umur sekitar 6 -7 bulan. Bibit unggul dapat diperoleh di Kebun Bibit.

Kebun Bibit adalah kebun untuk penyelenggaraan pembibitan, guna memperoleh bibit yang memenuhi persyaratan mutu dan jumlah yang cukup.

Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase, yaitu :

  1. Perkecambahan 

Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan diakhiri pada fase kecambah pada umur 5 minggu.

  1. Pertunasan

 Dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.

  1.  Pemanjangan Batang

Dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.

  1.  Kemasakan

 Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal hingga berangsur-angsur menurun. Fase ini disebut juga fase penimbunan rendemen gula.

  1. Kematian

Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %,artinya ialah bahwa dari 100 kg  tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg.

Ada 3 macam rendemen,yaitu: rendemen contoh,rendemen sementara, dan rendemen efektif.

  1. 1.      Rendemen Contoh

Rendemen ini merupakan contah yang dipakai untuk mengetahui apakah suatu kebun tebu sudah mencapai masak optimal atau belum. Dengan kata lain rendemen contah adalah untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan kapan saat tebang yang tepat dan kapan tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang memadai.

Rumus : Nilai nira x Faktor rendemen = Rendemen

  1. 2.      Rendemen Sementara

            Perhitungan ini dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula,namun sifatnya masih sementara.Hal ini untuk memenuhi ketentuan yang menginstruksikan agar penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah tebu petani digiling sehingga petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai giling namun diberitahu lewat perhitungan rendemen sementara.

Cara mendapatkan rendemen sementara ini adalah dengan mengambil nira perahan pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di laboratorium untuk mengetahui berapa besar rendemen sementara tersebut.

Rumus : Rendemen Sementara = Faktor Rendemen x Nilai Nira

  1. 3.       Rendemen Efektif

Rendemen efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen terkoreksi. Rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis dalam jangka waktu tertentu.Perhitungan rendemen efektif ini dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik gula mempunyai hari giling 170 hari,maka jumlah periode giling adalah 170/15 = 12 periode.Hal ini berarti terdapat 12 kali rendemen nyata/efektif yang bisa diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu.

Tebu yang digiling di suatu pabrik gula  jelas hanya sebagian kecil saja yang akan menjadi gula.Kalau 1 kuintal tebu mempunyai rendemen 10 % maka hanya 10 kg gula yang didapat dari 1 kuintal tebu tersebut

Manfaat Tebu (Sacharum officinarum)

Tebu (Sacharum officinarum) adalah termasuk keluarga Graminae atau rumput-rumputan dan berkembang biak di daerah beriklim udara sedang sampai panas. Tebu cocok pada yang mempunyai ketinggian tanah 1 sampai 1300 meter di atas permukaan laut.

Tebu yang tumbuh di lebih dari 200 negara, India adalah terbesar kedua produsen gula sdangkan pengasil terbesarnay adalah Brasil. Di negera Negara Karibia tebu dioleh menjadi Falernum dan dipergunakan sebagai bahan campuran cocktail.

Selain sebagai bahan baku gula, tebu juga banyak berkhasiat sebagai obat, khasiat dari Tebu adalah sebagai berikut :

  1. Ada beberapa manfaat tebu diantaranya gigunakan untuk dikomsumsi langsung dengan cara dibuat jus, dibuat menjadi tetes rum dan dibuat menjadi ethanol yang nantinya digunakan sebagai bahan bakar. Limbah hasil produksi dari tebu bisa dimanfaatkan menjadi listrik.
  2. Ekstrak sari tebu yang ditambah jeruk nipis dan garam biasa di komsumsi di India itu dimaksudkan untuk memberika kekuatan gigi dan gusi
  3. Air tebu dapat dimanfaatkan sebagai penyembuh sakit tenggorokan dan mencegak sakit Flu serta bisa menjaga badan kita sehat. Air tebu ini bisa dimanfaatkan oleh penderita diabetes dimanfaatkan sebagai pemanis karena kadar gula yang rendah. Karena tebu bersifat alkali sehingga dapat membantu melawan kanker payudara dan prostat.
  4. Mengkomsumsi air tebu secara teraktur dapat menjaga metabolisme tubuh kita dari kekurangan cairan karena banyak kegiatan yang sudah dilakukan sehingga dapat terhindar dari stroke. Dengan banyaknya kandungan karbonhidrat sehingga dapat menambah kekuatan jantung, mata, ginjal dan otak. Membantu dalam pengobatan penyakit kuning karena memberikan kekuatan untuk hati yang menjadi lemah selama penyakit kuning. Membantu dalam menjaga aliran air kencing yang jelas dan juga membantu ginjal untuk menjalankan fungsi mereka dengan baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2010. Menekan Kehilangan Rendemen Gula Pada Tebu Rakyat.

Soejardi. 2003. Proses Pengolahan di Pabrik Gula Tebu. LPP. Yogyakarta.

Soekartawi. 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Universitas Brawijaya.

Grafindo Persada. Jakarta

Sutardjo, Edhi. 1994. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta

Tim Penulis. 2000. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan.

Penebar Swadaya, Jakarta.

 

Dipublikasi di Uncategorized | Tag | Meninggalkan komentar

makalah pemasaran

 

 

PENDAHULUAN

Perusahaan adalah merupakan objek dari ilmu ekonomi, dimana perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa bagi bagi masyarakat dengan motif keuntungan. Dalam usaha menyediakan barang dan jasa tersebut perusahaan melakukan berbagai kegiatan seperti: produksi, pemasaran, pembelanjaan, riset dan pengembangan.

Saluran distribusi merupakan sub bagian dari variabel marketing mix (bauran pemasaran) yaitu: place atau distribution. Saluran distribusi ini merupakan suatu struktur yang menggambarkan alternatif saluran yang dipilih dan menggambarkan situasi pemasaran yang berbeda oleh berbagai perusahaan.

Hanya dengan mengetahui bahwa suatu produk bermanfaat baginya, sebenarnya belumlah merupakan jaminan bahwa pembeli akan selalu setia pada produk tersebut. Syarat lain yang perlu dipenuhi agar pembeli dapat setia pada produk tersebut adalah setiap saat produk tersebut diperlukan, pembeli yang bersangkutan dapat memperolehnya dengan mudah ditempat yang diinginkan atau tedekat. Sebab, bagaimanapun sempurnanya suatu produk atau jasa tidak akan berarti apa-apa bila berada jauh dari jangkauan konsumen.

Untuk menempatkan suatu barang dan jasa pada tempat yang tepat, kualitas yang tepat jumlah yang tepat, harga yang tepat dan waktu yang tepat dibutuhkan saluran distribusi yang tepat pula. Bila perusahaan salah dalam memilih saluran distribusi maka akan dapat mengganggu kelancaran arus barang atau juga dari perusahaan ke tangan konsumen. Hal ini terjadi karena konsumen tidak mengenal produk atau juga tersebut ataupun bila sudah mengenalnya tetapi tidak melihatnya di pasar, maka konsumen akan beralih ke barang atau juga lain.

 

 

BAB I

KEPUTUSAN SALURAN PEMASARAN

1. Strategi Saluran Pemasaran

Menurut Kottler (2006) dalam bukunya manajemen pemasaran mengemukakan ada dua strategi yang sering digunakan perusahaan dalam mengelola saluran pemasaran terutama dalam penciptaan saluran pemasaran baru, yaitu strategi dorong dan strategi tarik. Pemakaian strategi ini tergantung keputusan perusahaan terutama tergantung popularitas produk perusahaan tersebut.

Strategi dorong dalam pelaksanaanya adalah mencoba membujuk perantara agar mau memasarkan produknya dengan memberikan fasilitas fasilitas tertentu misal potongan yang tinggi dalam pembelian produk. Strategi ini cocok dilakukan untuk produk yang loyalitas mereknya masih rendah dan pilihan merek dilakukan ditoko. Strategi ini cocok untuk produk baru yang mempunyai dana promosi terbatas, sehingga mencoba menggunakan salauran pemasaran yang sudah berpengalaman dalam memasarkan berbagai produk.

Strategi tarik dalam pelaksanaanya adalah dengan cara perusahaan membangun positioning produk melalui promosi ke konsumen seperti iklan media cetak, elektronik atau melalui even even. Sehingga dengan fokus kepada promosi akan membuat konsumen tertarik untuk mencoba. Permintaan konsumen terhadap produk yang diiklankan biasanya menarik banyak perusahaan ingin menjadi agen atau salah satu saluran pemasaranya. Apabila sudah demikian perusahaan akan mempunyai daya tawar terhadap perantara. Karena banyaknya calon agen yang mengajukan sebagai perntara produk, membuat perusahaan bisa memilih calon agen yang mempunyai cakupan wilayah pemasaran yang luas seingga produk akancepat menyebar. Jadi bedanya, strategi ini dengan strategi dorong adalah permintaan menyalurkan produk berasal dari perantara sendiri sebagai dampak dari permintaan konsumen terhadap produk.

2. Peran Saluran Pemasaran

Ada beberapa hal yang mendorong perusahaan membuat keputusan mendelegasikan sebagian tugas penjualanya kepada perantara. Namun perusahaan mendapatkan keuntungan dari keputusan tersebut yaitu  :

a)      Banyak produsen tidak memiliki sumberdaya keuangan untuk melakukan pemasaran langsung sehingga hanya bisa fokus ke produksi.

b)      Para produsen yang memang mendirikan saluranya sendiri sering dapat memperoleh laba yang lebih besar dengan meningkatkan investasinya dalam bisnis utamanya dari pada mengeluarkan biaya untuk pemasaran produknya.

c)      Dalam beberapa kasus pemasaran langsung sama sekali tidak dapat dilakukan menjual secara eceran langsung ke konsumen.

3. Tingkat Saluran

Produsen dan konsumen memang bagian utama dari saluran pemasaran. Namun kita perlu mengetahui jumlah perantara produk hingga sampai ke konsumen sehingga dapat ditentukan tingkat saluranya. Menurut kotler ada dua jenis saluran pemasaran dengan masing masing empat tingkatan saluran yaitu :

1. Saluran Pemasaran Konsumen yang memiliki empat tingkatan yaitu tingkat nol, tingkat satu, tingkat dua, tingkat tiga.

2. Saluran Pemasaran Industri yang memiliki empat tingkatan yaitu tingkat nol, satu,dua dan tiga.

4.Strategi Distribusi

Strategi distribusi adalah hal yang perlu dipikirkan secara tepat sesuai dengan tujuan perushaan mengenai produknya. Apakah akan dijual eksklusif atau dijual masal dengan harga rendah. Berikut tiga strategi distribusi yang sering digunakan perusahaan dalam mendistribusikan produknya yaitu sebagai berikut  :

1. Distribusi Eksklusif

Strategi ini dalam prakteknya adalah dengan membatasi perantara produk demi menjaga eksklusifitas produk dan menjaga harga produk agar tetap tinggi. Biasanya ada perjanjian eksklusif antara produsen dan perantara utama sebagai pemegang lisensi. Sistem penjualan nya pun sangat menjaga citra produk agar harga produk tidak turun.

2. Distribusi Selektif

Strategi ini dengan menggunakan beberapa perantara yang mempunyai jangkauan pemasaran luas sehingga perusahaan tidak perlu mendirikan dimana mana karena akan berakibat tidak efisien dan akan menurunkan harga.

3. Distribusi Intensif

Strategi ini menggunakan banyak perantara dalam pemasaran produk dari produsen. Pendirian banyak yang menjadi strategi utama dalam meningkatkan penjualan produk. Konsekuensi bagi perusahaan yang memakai strategi ini harus menerima resiko perang harga antar gerai karena tiap gerai saling berkompetisi mendapatkan pelanggan dengan produk yang sama.

5. Syarat dan Tanggung Jawab Anggota Saluran

Setiap perjanjian lisensi pasti ada persyaratan dan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh pemegang lisensi jika ingin memasarkan produk produsen. Elemen utama dalam bauran hubungan dagang adalah kebijakan harga, syarat penjualan, hakteritorial, dan jasa jasa tertentu yang harus dilaksanakan kedua belah pihak.

a)      Kebijakan harga dalam hal tingkatan diskon tiap perantara untuk memberikan laba kepada perantara.

b)      Syarat penjualan untuk mempermudah perantara dalam menjual produk seperti syarat pembayaran, diskon tunai dan retur produk cacat.

c)      Hak teritorial untuk memberikan keleluasaan perantara memasarkan produknya disuatu wilayah tanpa ada pesaing lain.

d)     Layanan dan tanggung jawab dimana saling mengikat kedua belah pihak seperti perantara harus mengikuti standar pelayanan produsen, memenuhi target dan sebaliknya produsen mendukung perantara melalui even even promosi.

6. Keputusan Manajemen saluran

Setelah perusahaan memilih saluran produknya, selanjutnya perusahaan harus memilih, melatih, memotivasi, dan mengevaluasi anggota saluran yang menjadi perantaranya.

1. Memilih anggota saluran

Dalam menyeleksi anggota salurannya perusahaan harus menetapkan kriteria-kriteria khusus yang membedakan perantara yang lebih baik. Kriteria itu misalnya dalam hal cakupan pemasaran, keuangan, tempat, pelayanan, dan lamanya berkecimpung di dunia bisnis.

2. Melatih anggota saluran

Sebelum perusahaan perantara memasarkan produk produsen sebaiknya produsen memberikan pelatihan kepada perusahaan perantara mengenai cara pemakaian, standar pelayanan, promosi, dan lain-lain. Tujuannya untuk menjaga citra produk dimata konsumen.

 

3. Memotivasi anggota saluran

Untuk meningkatkan motivasi anggota saluran, produsen perlu memberikan berbagai rangsangan dalam berbagai hal misalnya memberikan diskon atas pencapaian target atau lewat dukungan promosi, hadiah, dan lain-lain.

4. Mengevaluasi anggota saluran

Untuk menilai kinerja pemasaran apakah optimal atau tidak, harus dilakukan evaluasi terhadap anggota saluran. Untuk evaluasinya sendiri, produsen dapat membandingkan kinerja aktual anggota saluran dengan standar-standar dari perusahaan seperti dalam hal pencapaian target penjualan.

5. Mengubah susunan saluran

Hasil evaluasi perlu dianalisis lebih lanjut untuk membuat keputusan diteruskan tidaknya saluran pemasaran yang dijalankan apabila kinerja saluran pemasaran dinilai kurang optimal dalam hal ini pencapaian laba, perusahaan perlu mempertimbangkan kembali.

7. Sistem dan Integrasi Saluran

Saluran ditribusi berkembang sangat pesat dengan berbgai sistem pemasaran berbeda. Ada tiga sistem pemasaran yang dikenal saat ini yaitu :

1. Sistem pemasaran vertikal

Dalam praktiknya sistem ini merupakan sistem kesatuan usaha secara vertikal dari mulai produsen, pedagang besar, dan pengecer dimana semua anggota saluran menyatu untuk memasarkan produk dengan kerjasama yang sangat rapi dari mulai produsen hingga barang sampai ke konsumen.

1. Sistem pemasaran Horizontal

Sistem ini merupakan sistem gabungan perusahaan yang tidak berhubungan yang melakukan kerjasama untuk memanfaatkan peluang pasar. Misalnya kerjasama dengan bank dalam hal transaksi atau pembayaran produk.

2. Sistem Pemasaran Multi Saluran

Sistem ini merupakan sistem yang melayani berbagai segmen pelanggan. Perusahaan dikatakan memakai sistem ini apabila menggunakan dua atau lebih saluran pemasaran untuk melayani berbagai segmen pelanggan.

8. Konflik Kerjasama dan Persaingan

Dalam perjalanannya hubungan produsen dengan perantara tidak selalu berjalan mulus. Konflik antara kedua belah pihak sering terjadi dalam berbagai hal misalnya dalam hal ketidaksesuaian tujuan, peran dan hak yang tidak jelas, perbedaan persepsi, harga, promosi, pencapaian target, dan lain-lain. Dengan adanya risiko konflik seperti ini perusahaan harus bisa mengelola konflik saluran agar tidak berujung negatif dan merugikan perusahaan misalnya dengan mengadakan pertemuan kedua belah pihak untuk saling memberikan masukan yang konstruktif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

ASPEK PENTING DALAM SALURAN DISTRIBUSI

 

 

A. Pengertian Dan Arti Penting Saluran Distribusi

Keputusan mengenai saluran distribusi dalam pemasaran adalah merupakan salah satu keputusan yang paling kritis yang dihadapi manajemen. Saluran yang dipilih akan mempengaruhi seluruh keputusan pemasaran yang lainnya. Dalam rangka untuk menyalurkan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen maka perusahaan harus benar-benar memilih atau menyeleksi saluran distribusi yang akan digunakan, sebab kesalahan dalam pemilihan saluran distribusi ini dapat menghambat bahkan dapat memacetkan usaha menyalurkan barang atau jasa tersebut.

Dari definisi-definisi tersebut diatas dapat diketahui adanya beberapa unsur penting, yaitu:

a. Saluran distribusi merupakan jalur yang dipakai oleh produsen untuk memindahkan produk mereka melalui suatu lembaga yang mereka pilih.

b. Saluran mengalihkan kepemilikan produk baik secara langsung maupun tidak langsung dan produsen kepada konsumen.

c. Saluran distribusi bertujuan untuk mencapai pasar tertentu. Jadi pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran.

d. Saluran distribusi merupakan suatu kesatuan dan melaksanakan sistem kegiatan (fungsi) yang lengkap dalam menyalurkan produk.

1. Perantara Pedagang

Pada dasarnya perantara pedagang (Merchant Middlemen) ini bertanggung jawab terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya. Dalam hubungannya dengan pemindahan milik, kegiatan perantara pedagang ini berbeda dengan lembaga lain. Yang termasuk dalam agen seperti: perusahaan transport, perusahaan pergudangan, dan sebagainya.

2. Perantaraan Agen

Perantara agen (Agen Middlemen) ini dibedakan dengan perantara pedagang karena tidak mempunyai hak milik atas semua barang yang ditangani. Untuk lebih jelasnya definisi agen adalah: Lembaga yang melakasanakan perdagangan dengan menyediakan jasa-jasa atau fungsi khusus yang berhubungan dengan penjualan atau distribusi barang, tetapi mereka tidak mempunyai hak untuk memiliki barang yang di perdagangkan.

Pada dasarnya perantara agen dapat digolongkan kepada dua golongan, yakni:

• Agen Penunjang ( Facilitating Agent)

• Agen Pelengkap ( Supplemental Agent)

 

3. Agen Penunjang

Agen penunjang merupakan agen yang mengkhususkan kegiatannya dalam beberapa aspek pemindahan barang dan jasa. Mereka terbagi dalam beberapa golongan, yaitu:

a. Agen pengangkutan borongan (Bulk Transportation Agent)

b. Agen penyimpanan (Storage Agent)

c. Agen pengankutan khusus (Specialty Shipper)

d. Agen pembelian dua penjualan (Purchase and sales agent)

Kegiatan agen penunjang adalah membantu untuk memindahkan barang-barang sedemikian rupa sehingga mengadakan hubungan langsung dengan pembeli dua penjual. Jadi agen penunjang ini melayani kebutuhan-kebutuhan dari setiap kelompok secara serempak. Dalam praktek agen semacam ini dapat dilakukan sendiri oleh sipenerima barang.

4. Agen Pelengkap

Agen Pelengkap berfungsi melaksanakan jasa-jasa tambahan dalam penyaluran barang dengan tujuan memperbaiki adanya kekurangan-kekurangan. Apabila pedagang atau lembaga lain tidak dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyaluran barang, maka agen pelengkap dapat menggantikannya. Jasa-jasa yang dilakukannya antara lain berupa:

1. Jasa pembimbingan / konsultasi

2. Jasa Finansial

3. Jasa Informasi

4. Jasa khusus lainnya

Kedua macam perantara (Agen dan pedagang) tersebut sama-sama pentingnya dalam pemasaran. Perlu diketahui bahwa agen dapat menyewa agen-agen yang lain. Sebagai contoh: Sebuah biro periklanan dapat menggunakan radio atau televisi sebagai media periklanan bagi perusahaan, begitu pula dalam hal pengangkutan, perusahaan angkutan dapat menyewa alat-alat transport kepada perusahaan lain.

B. Faktor – Faktor Distribusi Yang Mempengaruhi Pemilihan Saluran

Produsen harus mempertimbangkan berbagai macam faktor yang sangat berpengaruh dalam pemilihan saluran distribusinya. Pemilihan saluran distribusi yang efektif akan mampu mendorong peningkatan penjualan yang diharapkan, sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin.

Faktor-faktor tersebut antara lain menyangkut :

1. Pertimbangan Pasar (Market Consideration)

2. Pertimbangan Barang (Product Consideration)

3. Pertimbangan Perusahaan (Company Consideration)

4. Pertimbangan Perantara (Middle Consideration)

1. Pertimbangan Pasar (Market Consideration)

Saluran distribusi sangat dipengaruhi oleh pola pembelian konsumen, oleh karena itu keadaan pasar merupakan faktor penentu dalam pemilihan saluran tersebut.

Beberapa faktor pasar yang harus diperhatikan adalah:

a) Konsumen atau pasar industri

Apabila pasarnya berupa pasar industri, maka pengecer jarang atau bahkan tidak pernah digunakan dalam saluran ini. Jika pasarnya berupa konsumen dan pasar industri, perusahaan akan menggunakan lebih dari satu saluran.

b) Jumlah pembeli potensial

Jika jumlah konsumen relatif kecil dalam pasarnya, maka perusahaan dapat mengadakan penjualan secara langsung kepada pemakai.

c) Konsentrasi pasar secara geografis

Secara geografis, pasar dapat dibagi kedalam beberapa konsentrasi seperti: industri tekstil, industri kertas, dan sebagainya. Untuk daerah konsentrasi yang mempunyai tingkat kepadatan yang tinggi maka perusahaan dapat menggunakan distributor industri.

d) Jumlah pesanan

Volume penjualan dari sebuah perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap saluran yang dipakainya. Jika volume yang dibeli oleh pemakai industri tidak begitu besar, atau relatif kecil, maka perusahaan dapat menggunakan distributor industri.                                           

 

 

 

2. Pertimbangan Barang

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dari segi barang ini antara lain:

a. Nilai unit

Jika nilai unit dari barang yang dijual relatif rendah, maka produsen cenderung untuk menggunakan saluran distribusi yang panjang. Tetapi sebaliknya, jika nilai unitnya relatif tinggi, maka saluran distribusinya pendek atau langsung.

b. Besar dan berat barang

Manajemen harus mempertimbangkan ongkos angkut dalam hubungannya dengan nilai barang secara keseluruhan, dimana besar dan berat barang sangat menentukan. Jika ongkos angkut terlalu besar dibandingkan dengan nilai barangnya, sehingga terdapat beban yang berta bagi perusahaan, maka sebahagian beban tersebut dapat dialihkan kepada perantara. Jadi, perantara dapat menanggung sebagian dari ongkos angkut.

c. Mudah rusaknya barang

Jika barang yang yang dijual mudah rusak, maka perusahaan tidak perlu menggunakan perantara. Jika ingin menggunakan maka harus dipilih perantara yang memiliki fasilitas penyimpanan yang cukup baik.

d. Sifat teknis

Beberapa jenis barang industri seperti instalasi, biasanya disalurkan secara langsung kepada pemakai industri. Dalam hal ini produsen harus mempunyai penjual yang dapat.

3. Pertimbangan Perusahaan

Dari segi perusahaan beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah:

a) Sumber pembelanjaan

Penggunaan saluran distribusi langsung atau yang pendek biasanya memerlukan jumlah dana yang lebih besar. Oleh karena itu saluran distribusi pendek ini kebanyakan hanya dilakukan oleh perusahaan yang kuat dibidang keuangannya. Perusahaan yang tidak kuat kondisi keuangannya akan cenderung menggunakan saluran distribusi yang lebih panjang.

b) Pengalaman dan kemampuan manajemen

Biasanya perusahaan yang menjual barang baru, atau ingin memasuki pasaran baru, lebih suka menggunakan perantara. Hal ini disebabkan karena umumnya cara perantara sudah mempunyai pengalaman, sehingga manajemen dapat mengambil pelajaran dari mereka.

c) Pengawasan saluran

Faktor pengawasan saluran kadang-kadang menjadi pusat perhatian produsen dalam kebijaksanaan saluran distribusinya. Pengawasan akan lebih mudah dilakukan jika saluran distribusinya pendek. Jadi yang ingin mengawasi penyaluran barangnya cenderung memilih saluran yang pendek walaupun ongkosnya tinggi.

d) Pelayanan yang diberikan oleh penjual

Jika produsen ingin memberikan pelayanan yang lebih baik, seperti membangun ruang peragaan, mencarikan pembeli untuk perantara, maka akan banyak perantara yang bersedia menjadi penyalurnya.

4. Pertimbangan Perantara

Dari segi perantara beberapa faktor yang pertu dipertimbangkan adalah:

a) Pelayanan yang diberikan oleh perantara

Jika perantara ingin memberikan pelayanan yang lebih baik, misalnya dengan menyediakan fasilitas penyimpanan, maka produsen akan bersedia menggunakannya sebagai penyalur.

b) Kegunaan perantara

Perantara akan digunakan sebagai penyalur, apabila ia dapat membawa barang produsen dalam persaingan, dan selalu mempunyai inisiatif untuk memberikan usul tentang barang baru.

 

BAB III

ALTERNATIF PENENTUAN BANYAKNYA PENYALUR

 

A. Penentuan Banyaknya Penyalur

Setelah menentukan saluran distribusi yang akan dipakai, perusahaan/produsen perlu menentukan jumlah perantara untuk ditempatkan sebagai pedagang besar atau pengecer. Dalam hal ini produsen mempunyai tiga alternatif, yaitu:

1. Distribusi Intensif

Distribusi intensif ini dapat dilakukan oleh produsen yang menjual barang konvenien. Perusahaan berusaha menggunakan penyalur, terutama pengecer sebanyak- banyaknya untuk mencapai konsumen. Semua ini dimaksudkan untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan konsumen. Makin cepat konsumen terpenuhi kebutuhannya, mereka makin merasakan kepuasan. Sedangkan untuk barang industri, distribusi intensif ini biasanya untuk jenis operating supplies atau barang standard lainnya, seperti minyak pelumas, dan sebagainya.

2. Distribusi Selektif

Perusahaan yang menggunakan distribusi selektif ini berusaha memilih suatu jumlah pedagang besar dan atau penyalur yang terbatas dalam suatu daerah geografis tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memfokuskan pemasaran produknya kepada konsumen tertentu, sehingga dapat menjamin produknya sampai dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

3. Distribusi Ekslusif

Distribusi ekslusif digunakan oleh perusahaan atau produsen dengan menggunakan satu pedagang besar atau pengecer dalam daerah pasar tertentu. Jadi perusahaan atau produsen hanya menjualkan barangnya kepada satu pedagang besar ataupun pengecer saja. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengawasan, terutama pengawasan terhadap tingkat harga eceran yang dibebankan kepada konsumen, dan juga pada usaha kerja dengan penyalur dalam periklanan. Dalam hal ini penyalur sendiri juga memiliki keuntungan karena banyak pembeli yang akan membeli kepadanya.

 

B. Jenis-Jenis Saluran Distribusi

Untuk itu, setiap perusahaan hendaknya dapat menentukan mata rantai yang paling tepat, sebab mata rantai yang tepat untuk perusahaan tertentu belum tentu tepat untuk perusahaan rang lain, begitu juga sebaliknya.

Mata rantai jalur distribusi itu akan menjadi panjang bilamana sebelum jatuh ketangan pemakai, produk yang bersangkutan harus melalui berbagai macam perantara.

Sebaliknya, mala rantai jalur distribusi tadi dapat rnenjadi pendek bilamana produsen secara langsung menghubungi pembeli akhir untuk menawarkan produk mereka.

Ada beberapa alternatif jenis saluran yang dapat digunakan berdasarkan jenis produk dan segmen pasarnya, yaitu:

1) Saluran distribusi barang konsumsi

2) Saluran distribusi barang industri

3) Saluran distribusi jasa

 

1. Saluran Distribusi Barang Konsumsi

Penjualan barang konsumsi ditujukan untuk pasar konsumen, dimana umumnya dijual melalui perantara. Hal ini dimaksudkan untuk menekan biaya pencapaian pasar yang luas menyebar yang tidak mungkin dicapai produsen satu persatu. Dalam menyalurkan barang konsumsi ada lima jenis saluran yang dapat digunakan.

a) Produsen – Konsumen

Bentuk saluran distribusi yang paling pendek dan yang paling sederhana adalah saluran distribusi dari produsen ke konsumen, tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkannya melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen (dari rumah ke rumah). Oleh karena itu saluran ini disebut saluran distribusi langsung.

b) Produsen – Pengecer – Konsumen

Seperti hainya dengan jenis saluran yang pertama (Produsen – Konsumen), saluran ini juga disebut sebagai saluran distribusi langsung. Disini, pengecer besar langsung melakukan pembelian kepada produsen. Adapula beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer sehingga dapat secara langsung melayani konsumen. Namun alternatif akhir ini tidak umum dipakai.

c) Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen

Saluran distribusi semacam ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan sebagai saluran distribusi tradisional. Disini, produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar, kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.

d) Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen

Disini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya. la menjalankan kegiatan perdagangan besar, dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan kepada para pengecer besar.

e) Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen

Dalam saluran distribusi, sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlihat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan.

 

2. Saluran Distribusi Barang Industri

Karena karakteristik yang ada pada barang industri berbeda dengan barang konsumsi, maka saluran distribusi yang dipakainya juga agak berbeda. Saluran distribusi barang industri juga mempunyai kemungkinan/kesempatan yang sama bagi setiap produsen untuk menggunakan kantor/cabang penjualan. Kantor atau cabang ini digunakan untuk mencapai lembaga distribusi berikutnya. Ada empat macam saluran yang dapat digunakan untuk mencapai pemakai industri. Keempat saluran distribusi itu adalah:

a) Produsen – Pemakai lndustri

Saluran distribusi dari produsen ke pemakai industri ini merupakan saluran yang paling pendek, dan disebut sebagai saluran distribusi langsung. Biasanya saluran distribusi ini dipakai oleh produsen bilamana transaksi penjualan kepada pemakai industri relatif cukup besar. Saluran distribusi semacam ini cocok untuk barang-barang industri seperti kapal, lokomotif dan sebagainya. (yang tergolong jenis instalasi)

b) Produsen – Distributor Industri – Pemakai Industri

Produsen barang-barang jenis perlengkapan operasi dan kasesoris,dapat menggunakan distributor industri untuk mencapai pasarnya. Produsen lain yang dapat menggunakan distributor industri sebagai penyalurnya antara lain: produsen barang bangunan, produsen alat-alat untuk bangunan, dan sebagainya.

c) Produsen – Agen – Pemakai lndustri

Biasanya saluran distribusi semacam ini dipakai oleh produsen yang tidak memiliki departemen pemasaran. Juga perusahaan yang ingin memperkenalkan barang baru atau ingin memasuki daerah pemasaran baru lebih suka menggunakan agen.

 

 

d) Produsen – Agen – Distributor lndustri – Pemakai lndustri

            Saluran distribusi ini dapat digunakan oleh perusahaan dengan pertimbangan antara lain bahwa unit penjualannya terlalu kecil untuk dijual secara langsung. Selain itu faktor penyimpanan pada saluran perlu dipertimbangkan pula. Dalam hal ini agen penunjang seperti agen penyimpanan sangat penting peranannya.                                 

e) Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen

Dalam saluran distribusi, sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlihat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan.

3. Saluran Distribusi Jasa

Konsep saluran distribusi juga tidak hanya terbatas pada saluran distribusi barang berwujud saja. Produsen jasa juga menghadapi masalah serupa yakni bagaimana hasil mereka dapat diperoleh sampai ketangan konsumen.

Bagi lembaga penyedia jasa, kebutuhan akan faedah waktu dan tempat menjadi jelas. Jasa harus ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai oleh pemakainya.

Lokasi penjualan jasa harus mudah dicapai pelanggan, oleh karena banyak jasa yang tidak dapat dihantarkan.pemasaran jasa perantara merupakan cara lain untuk meluaskan distribusi. Beberapa pihak mengadakan pengaturan dengan perusahaan agar gaji pegawainya dapat langsung dimasukkan dalam rekening pegawai pada bank itu. Jadi majikan menjadi perantara dalam distribusi jasa bank..

Ciri tak teraba pada jasa berarti bahwa masalah distribusi fisik pada dasarnya tidak ada pada kebanyakan produsen jasa. Akan tetapi tidak semua produsen jasa bebas dari masalah distribusi fisik. Seperti hotel atau wisma peristirahatan yang mempunyai kelebihan kamar (persediaan) yang dapat merugikan usaha.

 

BAB IV

FUNGSI – FUNGSI SALURAN DISTRIBUSI

 

A. Fungsi – Fungsi Utama Saluran Distribusi

Sebuah saluran pemasaran melakukan tugas memindahkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen. la mengatasi sepanjang waktu, tempat dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari calon pemakainya. Anggota saluran pemasaran melaksanakan sejumlah fungsi utama sebagai berikut:

1) Informasi; Pengurnpulan dan penyebaran informasi riset pemasaran mengenai pelanggan, pesaing dan pelaku lain,serta kekuatan dalam lingkungan pemasaran yang potensial pada saat ini.

2) Promosi; Pengembangan dan penyebaran komunikasi persuasif mengenai penawaran yang dirancang untuk menarik pelanggan.

3) Negosiasi; usaha untuk meneapai persetujuan akhir mengenai harga, dan syarat lain sehingga transfer kepemilikan dapat dilakukan.

4) Pemesanan; Komunikasi terbaik dari anggota saluran pemasaran dengan produsen mengenai minat untuk membeli.

5) Pembiayaan; perolehan dan alokasi dana yang dibutuhkan untuk membiayai persediaan pada tingkat saluran pemasaran yang berbeda.

6) Pengambilan resiko; asumsi resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi saluran pemasaran tersebut.

7) Pemilikan fisik; kesinambungan penyimpanan dan pergerakan produk fisik dari bahan mentah sampai ke pelanggan akhir.

8) Pembayaran; pembeli membayar tagihannya kepada penjual lewat bank dan institusi keuangan lainnya.

9) Hak milik; transfer kepemilikan sebenarnya dari satu organisasi atau orang ke organisasi atau orang yang lain.

B. Transportasi Dan Pergudangan

Transportasi dan pergudangan secara historis tercakup dalam logistik atau distribusi fisik Biasanya kegiatan pengangkutan dan pergudangan dipandang sebagai kegiatan terpisah. lstilah pengangkutan dan penyimpanan dapat didefinisikan sebagai berikut:

 

C. Memilih Jenis Alat Angkutan Umum

Pemilihan jenis alat angkutan umum yang akan digunakan oleh perusahaan dapat dilakukan dengan mendasarkan kepada berbagai faktor yaitu:

a. Karakteristik Operasinya

b. Biaya Total

c. Pendekatan Biaya Transport

a. Karakteristik Operasinya

Keputusan manajemen untuk menggunakan. Alat angkutan umum dapat didasarkan kepada penilaian karakteristik operasinya, yaitu: kecepatan dalam pengiriman, kapasitas, fleksibilitas operasinya, dan ketergantungan dari jasa tersebut. Untuk memilih jenis alat angkutan umum yang digunakan, dapat dibuat urutan-urutan penilaian dengan mendasarkan pada karakteristik operasinya.

b. Pendekatan Biaya Total

Adanya manajemen logistik yang baik akan memudahkan bagi manajer dalam mengadakan pengawasan serta menguranagi biaya operasinya. Pengangkutan dengan kereta api memang lebih menghemat biaya dibandingkan dengan pesawat udara, tapi pengangkutan dengan kereta api yang lebih lambat tersebut dapat memperpanjang jangka waktu pembayaran dari langganan, bahkan pelanggan dapat beralih kepada pesaing yang menawarkan pengiriman yang lebih cepat. Dengan pendekatan biaya total, jumlah biaya dari suatu sistem distribusi dapat dilihat dengan rumus :

O = T + FW + VW + S

Dimana

D = Biaya distribusi total

T = Biaya pengangkutan total

FW = Biaya simpan (digudang tetap total)

VW = Biaya simpan (digudang) variabel total, termasuk persediaan

S = Total dari penjualan yang hilang untuk menyeimbangkan kelambatan dalam

pengiriman.

c. Pendekatan Biaya Transport

Sebelum menyesuaikan biaya distribusinya, sering perusahaan sudah mendirikan pabrik dan gudangnya. Akibatnya perusahaan harus menyusun kembali fasilitas logistik yang dipakai.

D. Penentuan Lokasi Gudang

Dalam penentuan lokasi gudang, kepurusan manajemen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a. Jenis barang

b. Biaya transport

c. Pasar

d. Sewa

e. Penyediaan tenaga kerja

f. Pajak

g. Kondisi Geografis

h. Persaingan

Penting tidaknya faktor tersebut tergantung pada keadaan pabrik atau perantara dalam saluran. Disini lebih ditekankan pada penggunan fasilitas milik sendiri walaupun pemilihan untuk menggunakan gudang umum juga didasarkan pada faktor yang sama.

Untuk beberapa jenis barang tertentu seperti hasil tambang, dan hasil pertanian sering memerlukan tempat penyimpanan yang dekat dengan tempat sumbernya. Selain ongkos transportnya rendah, pengangkutannya juga lebih mudah. Penentuan gudang yang didekatkan dengan sumber bahan bakunya disebut product oriented location. Sedangkan market oriented location merupakan penentuan letak gudang yang dekat dengan langganan atau pasarnya. Gudang yang letaknya dekat dengan pasar ini diperuntukkan bagi barang yang mudah rusak, seperti: roti basah, buah-buahan, dan sebagainya.

Jenis fasilitas gudang yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua macam, apakah untuk kepeluan dalam ruangan dengan satu lantai atau lebih. Untuk keperluan dalam ruangan yang memiliki dua lantai atau lebih memerlikan adanya alat angkutan yang bisa dinaik turunkan, sedang untuk ruangan yang satu lantai cukup menggunakan Alat-alat yang dapat bergerak secara vertikal.Persediaan dan peralatan, penempatannya perlu dikombinasikan sedemikian rupa untuk mencapai suatu tingkat yang efisien. Peralatan yang dipakai, seperti forklif, truck, conveyer, dan sebagainya harus disesuaikan dengan produk yang disimpan. Barang-barang yang mudah rusak sebelum dipindahkan harus dibuatkan tempat atau pembungkus sebagai pelindung. Ini dimaksudkan agar supaya tidak menga1ami kerusakan dalam pengangkutannya.

    BAB V

KESIMPULAN

 

 

Berdasarkan uraian diatas, dapatlah kita menyadari betapa pentingnya masalah saluran distribusi didalam memasarkan dan menjual suatu produk ataupun jasa. Oleh itu setiap perusahaan haruslah dapat memilih dan menentukan saluran distribusi yang sesuai dengan keadaannya, karena saluran distribusi yang tepat untuk satu perusahaan belum tentu tepat dan cocok bila digunakan oleh perusahaan yang lain. Apabila perusahaan sudah memiliki saluran distribusi yang sesuai , maka sebaiknya perusahaan juga dapat menjalin dan memelihara kerjasama yang lebih baik lagi, terutama dengan para agen baik yang berada didalam maupun diluar negeri, dan

 Kelancaran penyaluran produk ataupun jasa sampai kepada pemakai akhir, tentu saja sangat mempengaruhi kemajuan perusahaan baik dari segi keuntungan yang diperoleh dari jumlah penujualan yang besar, maupun dari segi kepercayaan dan pandangan yang baik konsumen terhadap perusahaan. Semua itu akan sangat membantu perusahaan untuk tetap maju dan berkembang didalam persaingan bisnisnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

A1ex S. Nitisemito, Marketing, Ghalia Indonesia, Jakarta 1984

Basu Swastha D.H. [dan] lrawan, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty Yogyakarta, 1990

Barry Berman [and] Joel R.Evans, Retail Management. A StraTegic Approach, Prentice Hall, New Jersey, 1998

Philip Kotler, Marketing Management, Prentice Hall, New Jersey, 2000

Radiosono, Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Analisis, BPFE, Yogyakarta, 1983

Rewoldt, Stewart H. D. Scott, James, Warchow, R. Martin, Strategi Distribusi Pemasaran, Bina Aksara, Bandung, 1987

Stanton, William, J. Prinsip Pemasaran, Erlangga, 1986

Sutojo, Siswanto, Kerangka Dasar Manajemen Pemasara, LPPM, 1981

Swastha D.H. Basu, Azs-azas Marketing, Liberty, Yogyakarta, 1984 Winardi, Azas-azas Marketing, Alumni Bandung, 1980

 

 

Dipublikasi di Uncategorized | Tag | Meninggalkan komentar

TEKNIK BUDIDAYA TEBU

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera.

Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri sekitar pelepah dan helai daun. Banyaknya bulu dan duri beragam tergantung varietas. Jika disentuh akan menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang menjadi salah satu penyebab kurang berminatnya petani berbudidaya tebu jika masih ada alternatif tanaman lain. Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan diameter batang antara 2-4 cm.

Tebu merupakan tumbuhan monokotil dari famili rumput-rumputan (Gramineae), Batang tanaman tebu memiliki memiliki anakan tunas dari pangkal batang yang membentuk rumpun. Tanaman ini memerlukan waktu musim tanam sepanjang 11- 12 bulan. Tanaman ini berasal dari daerah tropis basah sebagai tanaman liar.

Tabel 2 Klasifikasi Tanaman Tebu

Divisio

Spermatophyta

Subdivisio

Angiospermae

Kelas

Monocotyledoneae

Ordo

Graminalis

Familia

Gramineae

Genus

Saccharum

Spesies

Saccharum officinarum

 

Daun Tanaman tebu yang matang memiliki total rata-rata atas permukaan daun sekitar 0,5 persegi, tergantung pada keragaman dan kondisi pertumbuhan

Sebuah penampang daun menunjukkan tiga jaringan utama:

1) Kulit, 2) mesofil, dan 3) Vena

  • Pisau bersama adalah tempat di mana dua daerah berbentuk baji yang disebut “dewlaps”
  • Selubung daun mirip dengan struktur dan fungsi daun pisau.
  • The ligule adalah tambahan membran bagian dalam selubung yang memisahkan selubung dari daun pisau.
  • Auricles adalah pelengkap berbentuk telinga yang terletak di bagian atas selubung margin.
  • Daun pubertas adalah meliputi berbagai bagian daun dengan rambut pendek.

Sistem Akar

Fungsi sistem akar adalah:

– memberikan asupan air dan nutrisi dari tanah

–  untuk jangkar tanaman.

Dua jenis akar akan berkembang dari benih.Himpunan akar, yang timbul dari akar band, yang tipis dan sangat bercabang; tunas akar, yang berasal dari band-band akar lebih rendah dari tunas, tebal, berdaging dan kurang bercabang.

 

 

 

Syarat Tumbuh Tanaman Tebu

a.       Kesesuaian Iklim

Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang (daerah tropik dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35o LS dan 39o LU. Unsur – unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan, sinar matahari, angin, suhu, dan kelembaban udara.

b.      Curah Hujan

Tanaman tebu banyak membutuhkan air selama masa pertumbuhan vegetatifnya, namun menghendaki keadaan kering menjelang berakhirnya masa petumbuhan vegetatif agar proses pemasakan (pembentukan gula) dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, maka secara ideal curah hujan yang diperlukan adalah 200 mm per bulan selama 5 – 6 bulan berturutan, 2 bulan transisi dengan curah hujan 125 mm per bulan, dan 4 – 5 bulan berturutan dengan curah hujan kurang dari 75 mm tiap bulannya. Daerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman tebu.

c.       Sinar Matahari

        Radiasi sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk pertumbuhan dan terutama untuk proses fotosintesis yang menghasilkan gula. Jumlah curah hujan dan penyebarannya di suatu daerah akan menentukan besarnya intensitas radiasi sinar matahari. Cuaca berawan pada siang maupun malam hari bisa menghambat pembentukan gula. Pada siang hari, cuaca berawan menghambat proses fotosintesis, sedangkan pada malam hari menyebabkan naiknya suhu yang bisa mengurangi akumulasi gula karena meningkatnya proses pernafasan.

d.      Angin

 Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam adalah baik bagi pertumbuhan tebu karena dapat menurunkan suhu dan kadar CO2 di sekitar tajuk tebu sehingga fotosintesis tetap berlangsung dengan baik. Kecepatan angin yang lebih dari 10 km/jam disertai hujan lebat, bisa menyebabkan robohnya tanaman tebu yang sudah tinggi.

e.       Suhu

Suhu sangat menentukan kecepatan pertumbuhan tanaman tebu, sebab suhu terutama mempengaruhi pertumbuhan menebal dan memanjang tanaman ini. Suhu siang hari yang hangat atau panas dan suhu malam hari yang rendah diperlukan untuk proses penimbunan sukrosa pada batang tebu. Suhu optimal untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 24 – 30 oC, beda suhu musiman tidak lebih dari 6o, dan beda suhu siang dan malam hari tidak lebih dari 100.

f.       Kelembaban Udara

              Kelembaban udara tidak banyak berpengaruh pada pertumbuhan tebu asalkan kadar air cukup tersedia di dalam tanah, optimumnya < 80%.

g.      Kesesuaian Lahan

             Tanah merupakan faktor fisik yang terpenting bagi pertumbuhan tebu. Tanaman tebu dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah, namun tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah yang dapat menjamin kecukupan air yang optimal. Tanah yang baik untuk tebu adalah tanah dengan solum dalam (>60 cm), lempung, baik yang berpasir dan lempung liat. Derajat keasaman (pH) tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 5,5 – 7,0. Tanah dengan pH di bawah 5,5 kurang baik bagi tanaman tebu karena dengan keadaan lingkungan tersebut sistem perakaran tidak dapat menyerap air maupun unsur hara dengan baik, sedangkan tanah dengan pH tinggi (di atas 7,0) sering mengalami kekurangan unsur P karena mengendap sebagai kapur fosfat, dan tanaman tebu akan mengalami “chlorosis” daunnya karena unsur Fe yang diperlukan untuk pembentukan daun tidak cukup tersedia. Tanaman tebu sangat tidak menghendaki tanah dengan kandungan Cl tinggi.

Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase, yaitu :

1.      Perkecambahan  

Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan diakhiri pada fase kecambah pada umur 5 minggu.

2.      Pertunasan

 Dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.

3.       Pemanjangan Batang

Dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.

4.       Kemasakan

 Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal hingga berangsur-angsur menurun. Fase ini disebut juga fase penimbunan rendemen gula.

5.      Kematian

 

Tujuh varietas tebu unggul harapan yang diperkenalkan dinas perkebunan dapat dipakai sebagai alternatif pendamping mengungguli varietas lama yang masih dipertahankan yaitu PS 84-16029, PS 86-17079, PS 86-8680, PS 89-19137, PS 89-22513, PS 90-13156 dan PS90-9704.

 

Persiapan Lahan

Sebelum penanaman tebu lahan konversi dan lahan rotasi pola T/B terlebih dahulu diolah tanahnya untuk menjamin perkecambahan yang tinggi :

1.      Untuk areal baru terlebih dahulu dilakukan pembabatan rumput kemudian rerumputan dibakar, ini dilakukan ± 2 bulan sebulan tanam.

2.      Untuk areal konversi, sesudah selesai tebangan tebu ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plane cane), biasanya hanya sampai ratoon III, segera dilakukan pembakaran lahan (klaras), baru dilakukan pengolahan tanah.

3.      Untuk areal rotasi eks tembakau, selesai panen (kutip daun terakhir), dibersihkan lahan lalu dilakukan pengolahan tanah.

 

Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan, penggemburan dan pembuatan juringan. Dengan demikian perkecambahan tebu berjalan normal.

1.      Pembajakan (plowing) Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam batas olah tanah, membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang masih cukup besar.

2.      Penggemburan (harrowing) Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar menjadi lebih kecil. Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan yang diinginkan

Pembibitan

Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu giling. Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik dan sehat pula. Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit yang kurang baik. Bibit bisa didapatkan dari :

a.       Bibit pucuk

Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling. Untuk keperluan ini, dipilih tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis tebu lain. Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentek/dilepas, karena dapat melindungi mata dari kerusakan.

b.      Bibit kebun

Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling. Lokasi kebun pembibitan diusahakan dekat dengan areal tebu giling.

c.       Bibit mentah/bibit krecekan

 Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan. Bibit ini dipotong tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak.

d.      Bibit seblangan

Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi penyulaman. Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang telah bermata tunas dua.

e.       Bibit siwilan

Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati, maka keluarlah tunas-tunas yang disebut siwilan. Siwilan ini bisanya digunakan untuk penyulaman 

Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut :

a.    Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)dalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan. Kemurniannya berada dibawah pengawasan Pemulian Tanaman. KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus.

b.    Kebun Bibit Pokok (KBP)merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek. Kebun ini menggunakan bahan tanam yang berasal dari KBPU. Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan. KBP ditanam pada bulan Januari-Februari.

c.    Kebun Bibit Nenek (KBN) KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk. Kebun ini menggunakan bahan tanam yang berasal dari KBP. Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan. KBN ditanam pada bulan Juli-Agustus.

 

Cara Tanam

1.      Bibit Bagal/debbeltop/generasi Tanah kasuran harus diratakan dahulu, kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan kedalaman + 5-10 cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.

2.      Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun bibit), jika bermata (tunas) satu: batang bibit terpendam dan tunasnya menghadap ke samping dan sedikit miring, + 45 derajat. Jika bibit rayungan bermata dua; batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan kedalaman + 1 cm.

3.      Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam petak-petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata.

Waktu Tanam

Berkaitan dengan masaknya tebu dengan rendemen tinggi tepat dengan timing masa giling di pabrik gula. Waktu yang tepat pada bulan Mei, Juni dan Juli.

Penyiraman

Penyiraman tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah satu hari tidak ada hujan, harus segera dilakukan penyiraman.

Penyulaman

1.      Sulam sisipan, dikerjakan 5 – 7 hari setelah tanam, yaitu untuk tanaman rayungan bermata satu.

2.      Sulaman ke – 1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 – 4 helai. Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan.

3.      Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman berumur + 1 bulan

4.      Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama sama dengan pemberian air ke – 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan

5.       Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu sebelum bumbun ke -2

Pembumbunan Tanah

 Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu berdaun 3 – 4 helai. Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-rumputan, membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah.

Pembumbunan ke – 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar + 20 cm, sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah atau + 2 bulan.

 Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan, semua got harus diperdalam ; got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm.

Garpu  Muka Gulud

Penggarpuan harus dikerjakan sampai ke pinggir got, sehingga air dapat mengalir. Biasanya dikerjakan pada bulan Oktober/November ketika tebu mengalami kekeringan.

 

Klentek

Yaitu melepaskan daun kering, harus dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud akhir, umur 7 bulan dan 4 minggu sebelum tebang. Kletek Perempalan daun. Kegiatan perempelan daun bertujuan untuk membersihkan daun-daun yang sudah kering pada tanaman tebu sehingga kelihatan bersih, mudah untukpengamatan , pengontrolan, menghindari kebakaran dan memudahkan pemeliharaan selanjutnya.

Cara melakukan perempelan daun tebu Daun-daun yang sudah kering dilepaskan menggunakan sabit tajam/sabit bergigi dari tanaman tebu, kemudian daun diikat sesuai dengan kemampuan, kemudian di kumpulkan disisi sisi jalan untuk memudahkan pengangkutan.

Daun-daun tersebut dikumpulkan menggunakan kendaraan Truk/Gerobag di suatu tempat, kemudian dapat diolah menjadi silase makanan ternak maupun diolah menjadi pupuk kompos.

Perempalan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan. Sehingga ruas-ruas tebu nampak bersih dari daun tebu kering.

Pemupukan tanaman tebu bertujuan untuk menambah unsur hara Nitrogen (N), Phospor (P) dan Kaliom (K) dalam tanah yang dibutuhkan pada pertumbuhan tanaman tebu sehingga tanaman dapat tumbuh sesuai dengan yang diinginkan.
Pemupukan tanaman tebu dapat dilakukan dua hingga tiga kali dilihat dari pertumbuhan tanaman.

Pemupukan pertama dapat dilakukan pada saat menjelang tanam (1 hari sebelum tanam) atau setelah tanam dilakukan dengan dosis (120 kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KCl/ha).

Pemupukan kedua dapat dilakukan 30 hari setelah tanam/pemupukan pertama dengan dosis 200 kg urea per hektar dan pemupukan tamabahan ketiga dapat dilakukan setelah 45 hari setelah tanam, Pemupukan tambahan ke tiga ini bertujuan untuk menambah pupuk pada tanaman yang kurang subur pertumbuhannya, adapun dosisnya disesuaikan dengan kondisi tanaman yang akan di pupuk.

Cara pemupukan Sebelum pupuk di tabor, terlebih dahulu membuat lubang menggunakan tugal sedalam 5-7 cm atau membuat larikan sedalam 5-7 cm sepanjang guludan tanaman menggunakan cantol/cangkul kecil yang dapat ditarik, lalu pupuk diletakkan di lubang atau ditabur pada larikan tersebut kemudian ditimbun tanah. Dalam pelaksanaan pemupukan sebaiknya dilakukan setelah atau sebelum hujan dan dilakukan pada pagi atau sore hari.

Tebu Roboh

Batang tebu yang roboh atau miring perlu diikat, baik silang dua maupun silang empat. Ros – ros tebu, yang terdiri dari satu deretan tanaman, disatukan dengan rumpun – rumpun dari deretan tanaman di sisinya, sehingga berbentuk menyilang.

Pemeliharaan Tanaman (Maintenance)

  1. Aplikasi kapur pertanian (dolomite/calcite, gypsum)

Kegiatan penaburan ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah kandungan unsur mikro Magnesium (Mg, Ca) yang berfungsi untuk menaikkan pH tanah menuju netral karena tanah Podzolik Merah Kuning merupakan tanah yang memiliki pH yang relatif rendah dan kurang baik untuk pertumbuhan tanaman tebu. Gypsum juga menyediakan Ca (kalsium) dan sulfat. Dosis yang digunakan adalah 2 ton/ha setiap penanaman kembali tebu setiap 3 – 4 tahun (Replanting cane). Di samping pemberian kapur, juga diberikan 1 ton/ha gipsum yang berfungsi meningkatkan ketersediaan kalsium dan sulfat.

  1. Aplikasi blotong (filter cake)

Blotong merupakan bahan hasil sampingan berupa padatan berwarna hitam pekat dalam proses pengolahan tebu menjadi kristal-kristal gula. Penebaran blotong lebih diprioritaskan untuk areal yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah yaitu pada tanah yang lapisan sub-soilnya tipis atau bahan organik rendah. Dosis yang dianjurkan untuk penggunaan blotong yaitu 40 – 50 ton/ha.

  1.  Aplikasi stillage

Stillage merupakan hasil samping dari pengolahan tetes tebu yang diaplikasikan setelah kegiatan tebang selesai dilakukan dengan dosis 20.000 liter/ha (kandungan K adalah 1% di dalam stillage). Stillage kaya dengan kalium, sehingga dengan takaran yang diberikan akan mampu menggatikan pupuk KCl. Stillage juga cukup mengandung nitrogen, bila disetarakan dengan pupuk ZA, maka takaran sitillage yang diberikan setara dengan 200 kg ZA. Mengingat komposisinya, maka bahan ini secara ekonomi dapat mengefisienkan dan mengurangi biaya produksi dalam segi pemupukan, hanya saja jumlah yang terbatas menyebabkan pemanfaatannya masih terbatas. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah bahan organik yang terkandung di dalammya masih mempuyai BOD dan COD yang masih tinggi.

 

 Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit dalam budidaya tanaman merupakan hal yang perlu menjadi perhatian karena dapat menimbulkan kerugian ekonomi apabila serangan hama melebihi ambang ekonomi. Agar tidak terjadi ledakan serangan hama dan penyakit, maka perlu dilakukan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tebu mulai umur tanaman 1 bulan. Penggerek pucuk dan batang merupakan hama-hama utama di beberapa pabrik gula khususnya di Jawa dan Sumatera. Hama penggerek pucuk Triporyza nivela intacta menyerang tunas umur 2 minggu hingga saat tebang. Pucuk tebu yang terserang akan mati atau membentuk siwilan.

Hama penggerek yang menyerang batang tebu adalah Proceras sacchariphagus (penggerek bergaris), Chilo auricilia (penggerek berkilat), eucosma scistaceana (penggerek abu-abu), Chilotraea infuscatela (penggerek kuning), Sesamia inferens (penggerek jambon) dan Pragmataesia castanea (penggerek raksasa). Kerugian akibat serangan penggerek berupa batang-batang yang mati tidak dapat digiling dan penurunan bobot tebu atau rendemen akibat kerusakan pada ruas­ruas batang. Kerugian gula akibat serangan penggerek pucuk ditentukan oleh jarak waktu antara saat penyerangan dan saat tebang

. Menurut Wiriotmodjo (1970), kehilangan rendemen dapat mencapai 50 % jika menyerang tanaman tebu umur 4-5 bulan dan 4 – 15 % pada tebu yang berumur 10 bulan. Hasil pengamatan Wirioatmodjo (1973), pada tingkat serangan ruas sebesar 20 %, penurunan hasil gula dapat mencapai 10 %.

Pengendalian hama penggerek dengan cara mekanis dan kimiawi semakin mahal dan sulit dilakukan. Oleh karena itu pengendalian secara terpadu (PHT) merupakan alternatif yang terbaik. Kegiatan PHT dilakukan secara terpadu dengan menggabungkan berbagai macam cara pengendalian yang meliputi pengendalian secara mekanis, kultur teknis, biologis, dan kimiawi.

Pengendalian secara mekanis yang dilakukan di antaranya tangkap kupu-telur, klentek, dan roges. Pengendalian kultur teknis meliputi penanaman dengan menggunakan varietas unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit, dan penggunaan blok sistem dalam tebang. Pengendalian hama secara biologis dengan menggunakan parasitoid dan predator seperti Trichogamma chilonis, Cotesia flavipes, Sturmiopsis inferens, Tetrastichus scoenobii, dan Elasmus zehteneri. Pengendalian secara kimiawi dengan aplikasi carbofuran dengan Microband dan spray pesawat untuk hama penggerek pucuk dan kutu bulu putih.

Pengendalian penyakit Pembuluh dengan perawatan air panas 50° C selama 2 jam terhadap bibit tebu dapat mengembalikan hasil yang hilang sebesar lebih kurang 10 %, tetapi kendala yang dihadapi adalah ketiadaan tangki air panas di pabrik gula ­pabrik gula.

 

Pengendalian Gulma

Pada lahan kering gulma lebih beragam dan lebih berbahaya. Gulma – gulma dominan yang menjadi pesaing kuat yang berakibat merugikan terdiri atas gulma daun lebar dan merambat, gulma daun sempit dan teki-tekian. Gulma daun lebar dan merambat terdiri atas Cleome ginandra, Emilia sonchifolia, Boreria alata, Amaranthus dubius, Spigelia anthelmia, Commelina elegans, Mikania micrantha dan Momordica charantia. Gulma daun sempit tediri atas Digitaria ciliaris, Echinochloa colonum, Eleusine indica, Dactylocta aegyptium dan Brachiaria distachya sedangkan gulma golongan teki adalah Cyperus rotundus.

Dalam pelaksanaannya, pengendalian gulma dibagi menjadi pengendalian secara kimia, mekanis dan manual. Untuk sistem reynoso, pengendalian lebih dominan dilakukan secara manual. Sementara itu di lahan kering lebih umum pengendalian gulma secara kimia yang dibedakan menjadi tiga yaitu pre emergence (pra tumbuh), late pre emergence (awal tumbuh) dan post emergence (setelah tumbuh).

Pemupukan

Dosis pupuk yang dianjurkan untuk tebu lahan kering tanaman pertama (TRIT I) adalah 8 ku ZA, 2 ku SP36 dan 3 ku KCl tiap hektar dengan aplikasi 2 kali. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanam sebagai pupuk dasar dengan 1/3 dosis ZA dan seluruh SP 36 dan KCl. Pemupukan 2 dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 1,5 bulan yaitu pada awal musim hujan dengan 2/3 dosis ZA.

Aplikasi pupuk dilakukan dengan mengalurkan ditepi tanaman kemudian ditutup dengan tanah. Pengaplikasian pupuk dengan bantuan traktor tangan sudah dikembangkan terutama untuk pembukaan dan penutupan alur sekaligus pembumbunan. Alat yang dipakai adalah chissel plow ditarik dengan traktor tangan.

 

 

 

Dipublikasi di Uncategorized | Tag | Meninggalkan komentar

teknik budidaya tanaman tebu

Syarat tumbuh tanaman tebu

1.    Iklim

a)    Hujan yang merata diperlukan setelah tanaman berumur 8 bulan dan kebutuhan ini berkurang sampai menjelang panen

b)   Tanaman tumbuh baik pada daerah beriklim panas dan lembab.

c)    Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini > 70%Suhu udara berkisar antara 28-34 derajat C.

2.    Media Tanam

a)      Tanah yang terbaik adalah tanah subur dan cukup air tetapi tidak tergenang.

b)      Jika ditanam di tanah sawah dengan irigasi pengairan mudah di atur tetapi jika ditanam di ladang/tanah kering yang tadah hujan penanaman harus dilakukan di musim hujan.

3.    Ketinggian Tempat Ketinggian tempat yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah 5-500 m dpl. II.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Pembibitan

Bibit yang akan ditanam berupa bibit pucuk,bibit batang muda,  bibit rayungan dan  bibit siwilan

a)    Bibit pucuk Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan. Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu. Biaya bibit lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena tidak mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air. Penggunaan bibit pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah berporduksi.

b)   Bibit batang muda Dikenal pula dengan nama bibit mentah / bibit krecekan. Berasal dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan 3 stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan bibit, tanaman dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang.1 hektar tanaman kebun bibit bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar.

c)     Bibit rayungan (1 atau 2 tunas) Bibit diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Bibit ini dibuat dengan cara:

1.      Melepas daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat.

2.      Batang tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan dipakai.

3.      Tanaman tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha Bibit ini memerlukan banyak air dan pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1 hektar tanaman kebun bibit rayungan dapat menghasilkan bibit untuk 10 hektar areal tebu.

Kelemahan bibit rayungan adalah tunas sering rusak pada waktu pengangkutan dan tidak dapat disimpan lama seperti halnya bibit bagal. d) Bibit siwilan Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya sudah mati. Perawatan bibit siwilan sama dengan bibit rayungan.

Pengolahan Media Tanam Terdapat dua jenis cara mempersiapkan lahan perkebunan tebu yaitu cara reynoso dan bajak. Persiapan Disebut juga dengan cara Cemplongan dan dilakukan di tanah sawah. Pada cara ini tanah tidak seluruhnya diolah, yang digali hanya lubang tanamnya

 

 

 Pembukaan Lahan

a)    Pada lahan sawah dibuat petakan berukuran 1.000 m2. Parit membujur, melintang dibuat dengan lebar 50 cm dan dalam 50 cm. Selanjutnya dibuat parit keliling yang berjarak 1,3 m dari tepi lahan.

b)   Lubang tanam dibuat berupa parit dengan kedalaman 35 cm dengan jarak antar lubang tanam (parit) sejauh 1 m. Tanah galian ditumpuk di atas larikan diantara lubang tanam membentuk guludan. Setelah tanam, tanah guludan ini dipindahkan lagi ke tempat semula.

Teknik Penanaman

 Penentuan Pola Tanam Umumnya tebu ditanam pada pola monokultur pada bulan Juni-Agustus (di tanah berpengairan) atau pada akhir musim hujan (di tanah tegalan/sawah tadah hujan). Terdapat dua cara bertanam tebu yaitu dalam aluran dan pada lubang tanam.

Pada cara pertama bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah setebal 2-3 cm dan disiram. Cara ini banyak dilakukan dikebun Reynoso. Cara kedua bibit diletakan melintang sepanjang solokan penanaman dengan jarak 30-40 cm. Pada kedua cara di atas bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan. Bibit yang diperlukan dalam 1 ha adalah 20.000 bibit.Cara Penanaman Sebelum tanam, tanah disiram agar bibit bisa melekat ke tanah.

a)    Bibit stek (potongan tebu) ditanam berimpitan secara memanjang agar jumlah anakan yang dihasilkan banyak. Dibutuhkan 70.000 bibit stek/ha.

b)   Untuk bibit bagal/generasi, tanah digaris dengan kedalaman 5-10 cm, bibit dimasukkan ke dalamnya dengan mata menghadap ke samping lalu bibit ditimbun dengan tanah. Untuk bibit rayungan bermata satu, bibit dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kemiringan 45 derajat, sedangkan untuk rayungan bermata dua bibit dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kedalaman 1 cm. Satu hari setelah tanam lakukan penyiraman jika tidak turun hujan. Penyiraman ini tidak boleh terlambat tetapi juga tidak boleh terlalu banyak.

Pemeliharaan Tanaman

1. Penjarangan dan Penyulaman

a)      Sulaman pertama untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata satu dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Bibit rayungan sulaman disiapkan di dekat tanaman yang diragukan pertumbuhannya. Setelah itu tanaman disiram. Penyulaman kedua dilakukan 3-4 minggu setelah penyulaman pertama.

b)      Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata dua dilakukan tiga minggu setelah tanam (tanaman berdaun 3-4 helai). Sulaman diambil dari persediaan bibit dengan cara membongkar tanaman beserta akar dan tanah padat di sekitarnya. Bibit yang mati dicabut, lubang diisi tanah gembur kering yang diambil dari guludan, tanah disirami dan bibit ditanam dan akhirnya ditimbun tanah. Tanah disiram lagi dan dipadatkan.

c)      Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit pucuk. Penyulaman pertama dilakukan pada minggu ke 3. Penyulaman kedua dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan penyiraman ke dua yaitu 1,5 bulan setelah tanam.Kedua penyulaman ini dilakukan dengan cara yang sama dengan point (b) di atas.

d)     Penyulaman ekstra dilakukan jika perlu beberapa hari sebelum pembumbunan ke 6. Adanya penyulaman ekstra menunjukkan cara penanaman yang kurang baik.

e)      Penyulaman bongkaran. Hanya boleh dilakukan jika ada bencana alam atau serangan penyakit yang menyebabkan 50% tanaman mati. Tanaman sehat yang sudah besar dibongkar dengan hati-hati dan dipakai menyulan tanaman mati. Kurangi daun-daun tanaman sulaman agar penguapan tidak terlalu banyak dan beri pupuk 100-200 Kg/ha.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat pembubunan tanah dan dilakukan beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma. Pemberantasan gulma dengan herbisida di kebun dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November dengan campuran 2-4 Kg Gesapas 80 dan 3-4 Kg Hedanol power.

Pembubunan

            Sebelum pembubunan tanah harus disirami sampai jenuh agar struktur tanah tidak rusak.

a)      Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3-4 minggu. Tebal bumbunan tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar tidak cepat mengering.

b)      Pembumbun ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan.

c)      Pembumbuna ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan.

d)     Perempalan Daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran.

 Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu saat tanam atau sampai 7 hari setelah tanam dengan dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120 kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KCl/ha).dan (2) pada 30 hari setelah pemupukan ke satu dengan 10 gram urea per tanaman atau 200 kg urea per hektar. Pupuk diletakkan di lubang pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh 7-10 cm dari bibit dan ditimbun tanah. Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk tidak keluar dari daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus selesai dalam satu hari. Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh seperti Cytozyme (1 liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 Hari.

Pengairan dan Penyiraman

Pengairan dilakukan dengan berbagai cara:

a)      Air dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman.

b)      Penyiraman lubang tanam ketika tebu masih muda. Waktu tanaman berumur 3 bulan, dilakukan pengairan lagi melalui saluran-saluran kebun.

c)      Air siraman diambil dari saluran pengairan dan disiramkan ke tanaman. d) Membendung got-got sehingga air mengalir ke lubang tanam.

Pengairan dilakukan pada saat:

a)      Waktu tanam

b)      Tanaman berada pada fase pertumbuhan vegetatif

c)       Pematangan.

Hama dan Penyakit

Hama Penggerek batang bergaris (Proceras cacchariphagus), penggerek batang berkilat (Chilitrae auricilia), penggerek batang abu-abu (Eucosma schismacaena), penggerek batang kuning (Chilotraea infuscatella), penggerek batang jambon (Sesmia inferens)

Gejala: daun yang terbuka mengalami khlorosis pada bagian pangkalnya; pada serangan hebat, bentuk daun berubah, terdapat titik-titik atau garis-garis berwarna merah di pangkal daun; sebagian daun tidak dapat tumbuh lagi; kadang-kadang batang menjadi busuk dan berbau tidak enak.Pengendalian: dengan suntikan insektisida Furadan 3G (0,5 kg/ha) pada waktu tanaman berumur 3-5 bulan. Suntikan dilakukan jika terdapat 400 tanaman terserang dalam 1 hektar.

Tikus Pengendalian: dengan gropyokan secara bersama atau pengemposan belerang pada lubang yang dihuni tikus. Penyakit :

a)    Pokkahbung Penyebab: Gibbrela moniliformis. Bagian yang diserang adalah daun, pada stadium lanjut dapat menyerang batang. Gejala: terdapat noda merah pada bintik khlorosis di helai daun, lubang-lubang yang tersebar di daun, sehingga daun dapat robek, daun tidak membuka (cacat bentuk), garis-garis merah tua di batang, ruas membengkak. Pengendalian: memakai bibit resisten, insektisida Bulur Bordeaux 1% dan pengembusan tepung kapur tembaga.

b)    Dongkelan Penyebab: jamur Marasnius sach-hari Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman sebelah dalam dan bibit di dederan/persemaian. Gejala: tanaman tua dalam rumpun mati tiba-tiba, daun tua mengering, kemudian daun muda, warna daun menjadi hijau kekuningan dan terdapat lapisan jamur seperti kertas di sekeliling batang. Pengendalian: tanah dijaga agar tetap kering.

c)    Noda kuning Penyebab: jamur Cercospora kopkei . Bagian yang diserang daun dan bagian-bagaian dengan kelembaban tinggi. Gejala: noda kuning pucat pada daun muda yang berubah menjadi kuning terang. Timbul noda berwarna merah darah tidak teratur; bagian bawah tertutup lapisan puiih kotor. Helai daun mati berwarna agak kehitaman. Pengendalian: adalah dengan memangkas dan membakar daun yang terserang. Kemudian menyemprot dengan tepung belerang ditambah kalium permanganat.

d)   Penyakit nanas Penyebab: adalah jamur Ceratocytis paradoxa. Bagian yang diserang adalah bibit yang telah dipotong. Gejala: warna merah bercampur hitam pada tempat potongan, bau seperti buah nanas. Pengendalian: luka potongan diberi ter atau desinfeksi dengan 0,25% fenylraksa asetat.

e)    Noda cincin Bagian yang diserang daun, lebih banyak di daerah lembab daripada daerah kering. Penyebab: jamur Heptosphaeria sacchari, Helmintosporium sachhari, Phyllsticta saghina. Gejala: noda hijau tua di bawah helai daun, bagian tengah noda menjadi coklat; pada serangan lanjut, warna coklat menjadi jernih, daun kering. Pengendalian: mencabut tanaman sakit dan membakarnya.

f)    Busuk bibit Bagian yang diserang adalah bibit dengan gejala tanaman kekuningan dan layu. Penyebab: bakteri. Gejala: bibit yang baru ditanam busuk dan buku berwarna abu-abu sampai hitam. Pengendalian: menanam bibit sehat, perbaikan sistim pembuangan air yang baik, serta tanah dijaga tetap kering.

g)   Blendok Bagian yang diserang adalah daun tanaman muda berumur 1,5-2 bulan pada musim kemarau.Penyebab: Xanthomonas albilicans. Gejala: terdapat pada khlorosis pada daun; pada serangan hebat seluruh daun bergaris hijau dan putih; titik tumbah dan tunas berwarna merah. Pengendalian: Menanam bibit resisten (2878 POY, 3016 POY), Lakukan desinfeksi para pemotong bibit, merendam bibit dalam air panas 52,5oC dan lonjoran bibit dijemur 1-2 hari.

h)   Virus mozaik Penyebab: Virus. Pengendalian: menjauhkan tanaman inang, bibit yang sakit dicabut dan dibakar.

Panen

Ciri dan Umur Panen Umur panen tergantung dari jenis tebu:

a)      Varitas genjah masak optimal pada < 12 bulan

b)      Varitas sedang masak optimal pada 12-14 bulan,

c)      Varitas dalam masak optimal pada > 14 bulan. Panen dilakukan pada bulan Agustus pada saat rendeman (persentase gula tebu) maksimal dicapai.

 

Cara Panen

a)      Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm.

b)      Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali. Batang dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang.

c)      Mencabut batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar.Potong akar batang dan 3 buku dari permukaan pangkal batang.

d)     Pucuk dibuang.

e)      Batang tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik untuk segera digiling Panen dilakukan satu kali di akhir musim tanam.

Perkiraan Produksi Hasil Tebu Rakyat Intensifikasi I di tanah sawah adalah 120 ton/ha dengan rendemen gula 10% sedangkan hasil TRI II di tanah sawah adalah 100 ton dengan rendemen 9%. Di tanah tegalan produksi tebu lebih rendah lagi yaitu pada TRI I tegalan adalah 90 ton/ha dan pada TRI II tegalan sebesar 80 tom/ha.

Pascapanen

1.      Pengumpulan Hasil tanam dari lahan panen dikumpulkan dengan cara diikat untuk dibawa ke pengolahan.

2.      Penyortiran dan Penggolongan Syarat batang tebu siap giling supaya rendeman baik:

a.       Tidak mengandung pucuk tebu

b.       Bersih dari daduk-daduk (pelepah daun yang mengering)

c.       Berumur maksimum 36 jam setelah tebang.

Tanaman tebu atau Saccharum officinarum merupakan bahan utama penghasil gula pasir. Pengusahaan tanaman tebu pada lahan sawah perlu memperhatikan kelayakan usaha, dalam arti dapat memberikan produktivitas lahan yang cukup tinggi, tidak terlalu jauh dari pabrik gula dengan prasarana seperti jalan dan jembatan yang cukup, dan tidak membahayakan kelestarian lingkungan.

Kelayakan usaha ini sangat penting karena tidak saja menyangkut operasi perusahaan tetapi juga pendapatan petani yang mengusahakan tebu di wilayah itu. Usahatani yang dapat menjamin pendapatan yang cukup tinggi merupakan motivasi kuat yang mendorong petani mencintai tanaman tebu yang diusahakannya.

Bibit merupakan modal dasar dalam budidaya tebu, sehingga dalam upaya peningkatan produksi dan produktifitas gula, penggunaan bibit unggul tebu mutlak dilakukan. Bibit tebu adalah bagian dari tanaman tebu yang merupakan bahan tanaman yang dapat dikembangkan untuk pertanaman baru. Bibit unggul tebu berkualitas memiliki potensi produksi tinggi, bebas hama penyakit, mempunyai tingkat kemurnian lebih dari 95%, umur sekitar 6 -7 bulan. Bibit unggul dapat diperoleh di Kebun Bibit.

Kebun Bibit adalah kebun untuk penyelenggaraan pembibitan, guna memperoleh bibit yang memenuhi persyaratan mutu dan jumlah yang cukup.

Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase, yaitu :

1.      Perkecambahan 

Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan diakhiri pada fase kecambah pada umur 5 minggu.

2.      Pertunasan

 Dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.

3.       Pemanjangan Batang

Dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.

4.       Kemasakan

 Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal hingga berangsur-angsur menurun. Fase ini disebut juga fase penimbunan rendemen gula.

5.      Kematian

Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %,artinya ialah bahwa dari 100 kg  tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg.

Ada 3 macam rendemen,yaitu: rendemen contoh,rendemen sementara, dan rendemen efektif.

1.      Rendemen Contoh

Rendemen ini merupakan contah yang dipakai untuk mengetahui apakah suatu kebun tebu sudah mencapai masak optimal atau belum. Dengan kata lain rendemen contah adalah untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan kapan saat tebang yang tepat dan kapan tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang memadai.

Rumus : Nilai nira x Faktor rendemen = Rendemen

2.      Rendemen Sementara

            Perhitungan ini dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula,namun sifatnya masih sementara.Hal ini untuk memenuhi ketentuan yang menginstruksikan agar penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah tebu petani digiling sehingga petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai giling namun diberitahu lewat perhitungan rendemen sementara.

Cara mendapatkan rendemen sementara ini adalah dengan mengambil nira perahan pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di laboratorium untuk mengetahui berapa besar rendemen sementara tersebut.

Rumus : Rendemen Sementara = Faktor Rendemen x Nilai Nira

3.       Rendemen Efektif

Rendemen efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen terkoreksi. Rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis dalam jangka waktu tertentu.Perhitungan rendemen efektif ini dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik gula mempunyai hari giling 170 hari,maka jumlah periode giling adalah 170/15 = 12 periode.Hal ini berarti terdapat 12 kali rendemen nyata/efektif yang bisa diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu.

Tebu yang digiling di suatu pabrik gula  jelas hanya sebagian kecil saja yang akan menjadi gula.Kalau 1 kuintal tebu mempunyai rendemen 10 % maka hanya 10 kg gula yang didapat dari 1 kuintal tebu tersebut

Manfaat Tebu (Sacharum officinarum)

Tebu (Sacharum officinarum) adalah termasuk keluarga Graminae atau rumput-rumputan dan berkembang biak di daerah beriklim udara sedang sampai panas. Tebu cocok pada yang mempunyai ketinggian tanah 1 sampai 1300 meter di atas permukaan laut.

Tebu yang tumbuh di lebih dari 200 negara, India adalah terbesar kedua produsen gula sdangkan pengasil terbesarnay adalah Brasil. Di negera Negara Karibia tebu dioleh menjadi Falernum dan dipergunakan sebagai bahan campuran cocktail.

Selain sebagai bahan baku gula, tebu juga banyak berkhasiat sebagai obat, khasiat dari Tebu adalah sebagai berikut :

  1. Ada beberapa manfaat tebu diantaranya gigunakan untuk dikomsumsi langsung dengan cara dibuat jus, dibuat menjadi tetes rum dan dibuat menjadi ethanol yang nantinya digunakan sebagai bahan bakar. Limbah hasil produksi dari tebu bisa dimanfaatkan menjadi listrik.
  2. Ekstrak sari tebu yang ditambah jeruk nipis dan garam biasa di komsumsi di India itu dimaksudkan untuk memberika kekuatan gigi dan gusi
  3. Air tebu dapat dimanfaatkan sebagai penyembuh sakit tenggorokan dan mencegak sakit Flu serta bisa menjaga badan kita sehat. Air tebu ini bisa dimanfaatkan oleh penderita diabetes dimanfaatkan sebagai pemanis karena kadar gula yang rendah. Karena tebu bersifat alkali sehingga dapat membantu melawan kanker payudara dan prostat.
  4. Mengkomsumsi air tebu secara teraktur dapat menjaga metabolisme tubuh kita dari kekurangan cairan karena banyak kegiatan yang sudah dilakukan sehingga dapat terhindar dari stroke. Dengan banyaknya kandungan karbonhidrat sehingga dapat menambah kekuatan jantung, mata, ginjal dan otak. Membantu dalam pengobatan penyakit kuning karena memberikan kekuatan untuk hati yang menjadi lemah selama penyakit kuning. Membantu dalam menjaga aliran air kencing yang jelas dan juga membantu ginjal untuk menjalankan fungsi mereka dengan baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2010. Menekan Kehilangan Rendemen Gula Pada Tebu Rakyat.

Soejardi. 2003. Proses Pengolahan di Pabrik Gula Tebu. LPP. Yogyakarta.

Soekartawi. 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Universitas Brawijaya.

Grafindo Persada. Jakarta

Sutardjo, Edhi. 1994. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta

Tim Penulis. 2000. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan.

Penebar Swadaya, Jakarta.

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

budidaya tanaman teh

PENGOLAHAN DAN JENIS MUTU TEH

Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh  (Camellia sinensis L) dari familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, India, dan Burma. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m tinggi. Di perkebunan-perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m tinggi dengan pemengkaan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas dau teh yang cukup banyak.

Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus setelah umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik, memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah tanaman tehnya berumur 40 tahun ke atas.

Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan ketinggian               200-2.000 m di atas permukaan laut. Di daerah-daerah yang rendah umumnya tanaman teh kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi. Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman tidak tahan terhadap kekeringan serta menuntut curah hujan minimum 1.200 mm yang merata sepanjang tahun.

Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik sekali dengan selang 7 sampai 14 hari, tergantung dari keadaan tanaman di masing-masing daerah. Cara pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga sangat menentukan mutu teh yang dihasilkannya. Dibedakan cara pemetikan halus (fine plucking) dan cara pewmetikan kasar (coarse plucking). Pemetikan daun hingga kini masih dilakukan oleh tenaga manusia, bahkan sebagian besar oleh tenaga-tenaga wanita. Untuk menghasilkan teh mutu baik perlu dilakukan pemetikan halus, yaitu: hanya memetik daun pucuk dan dua daun di bawahnya. Ada pula yang melakukan pemetikan medium, dengan juga memetik bagian halus dari daun ketiga di bawah daun pucuk. Pemetikan kasar sering pula dilakukan bebewrapa perkebunan (rakyat), yaitu: pemetikan daun pucuk dengan tiga atau lebih banyak daun di bawahnya, termasuk batangnya.

Perkebunan teh terpusat di dataran menengah dan tinggi di Pulau Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan. Pada tahun 1990 luas perkebunan teh di Indonesia 129.500 ha. Produksi teh pada tahun 1998 mencapai 136.109 ton. Klasifikasi botani tanaman teh adalah sebagai berikut:

Divisi                                  : Spermatopyta

Sub                                                :           Angiospermae
Kelas                                 :           Dicotyledonae
Keluarga    :           Transtroemiaceae
Genus                                 :           Camellia
Spesies                   : Camellia sinensis L.

Varietas utama adalah varietas China, Asam dan Cambodia. Klon anjuran Balai Penelitian Perkebunan Gambung tahun 1878-1988 adalah Seri Gambung: Gmb 1, Gmb 2, Gmb 3 dan Gmb 4. Varitas lain berasal dari Jepang yang ditanam di perkebunan rakyat seperti di Kebun Teh hijau Jepang di Garut.

B. MANFAAT TANAMAN

Daun teh adalah bahan pembuat minuman teh yang populer di seluruh penjuru dunia. Air teh yang kita minum mengandung kafein, teofilin, vitamin A, B, C, zat yang tidak larut dalam air seperti serat, protein dan pati serta zat yang larut di dalam air seperti gula, asam amino dan mineral. Jadi selain sebagai minuman, teh juga mempunyai nilai gizi. Disamping itu teh juga bisa dijadikan obat yaitu sebagai antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan alkaloida.

Daun teh barbau khan aromatik , rasanya agak sepet . Mengenai uraian makroskopiknya yaitu sebagai berikut:

  1. Helai daun dapat dikatakan cukup tebal, kaku berbentuk sudip melebar sampai sudip memanjang, panjangnya tidak lebih dari 5 cm, bertangkai panjang
  2. Permukaan daun bagian atas mengkilat, pada daun muda permukaan bawahnya berambut sedang telah tua menjadi licin
  3. Tepi daun bergerigi, agak tergulung ke bawah, berkelenjar yang khas dan terbenam

Kandungan zat pada daunnya 1%-4% kofeine, 7%-15% tanin dan sedikit minyak atsiri. Dalam penggunaan sebagai obat antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan alkaloida, petiklah kuncup daun berikut 2-3 helai dau dibawahnya, digulung dan difermentasikan untuk kemudian diberikan pada penderita.

C. SYARAT PERTUMBUHAN

1. Iklim

  1. urah hujan sebaiknya tidak kurang dari 2.000 mm/tahun.
  2. Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Tanaman teh tidak tahan kekeringan.
  3. Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25 derajat C.
  4. Kelembaban udara kurang dari 70%.

2. Media Tanaman

  1. Jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andosol, Regosol dan Latosol. Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah Podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, gembur.
  2. Derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-6,0.
  3. Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi 2 daerh yaitu:(1) dataran rendah: sampai 800 m dpl; (2) dataran sedang: 800-1.200 m dpl; dan (3) dataran tinggi: lebih dari 1.200 meter dpl. Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.

3. Ketinggian Tempat

Tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m dpl sampai di ketinggian lebih dari 1.000 m dpl.

D. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

1. Pembibitan

Tanaman diperbanyak dengan biji atau stek daun. Dari segi produksi, sebaiknya tanaman diperbanyak dengan stek daun.

Persyaratan Benih/Bibit

a. Persyaratan         benih
Diambil dari kebun biji, berupa biji jatuhan, tidak terserang kepik biji dan besar. Biji disimpan di dalam kaleng yang ditutup rapat dengan kelembaban 35-38% dan segera disemaikan setelah dipungut.

  1. Perkecambahan dalam badengan
    1. Pasir setebal biji teh dihamparkan pada kotak papan 1 x 2 m.
    2. Taburkan benih di atas hamparan pasir.
    3. Hamparkan kembali pasir di atas benih.
    4. Lakukan kembali langkah b dan c sampai didapat tumpukan pasir-benih sebanyak 3 tumpuk.
    5. Tutup bagian atas tumpukan dengan karung goni basah.
    6. Naungi bedengan dengan daun kering.
    7. Setelah 1 minggu, biji yang retak atau berkecambah ditanamkan pada bedengan atau polibag.

c. Penanaman

  1. Di Bedengan: tanah untuk persemaian di bedengan harus gembur dan subur, jarak tanam kecambah teh 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm, kecambah dibenamkan, ditimbun tanah dengan ketebalam 0,5-1 cm (setebal benih) dan ditutupi dengan potongan daun guatemala, atau alang-alang. Bedengan dinaungi dengan naungan individu.
  2. Di polibag dengan ukuran 12 x 25 cm dengan media dan cara penanaman yang sama. Setelah itu polibag berisi kecambah diletakkan di dalam bedengan yang dinaungi.
  3. Pemeliharaan meliputi penyemprotan fungisida Dithane M-45 0,2% dan insektisida Demicron 0,2%. Penyiraman teratur agar tidak kekeringan, pemupukan 2-3 bulan setelah tanam dengan pupuk daun Bayfolan 15 cc/10 liter.
  4. Bibit di polibag dipindahtanamkan pada umur 10-12 bulan, bibit di bedengan dipindahkan ke kebun pada umur 1 tahun (puteran) dan 2-3 tahun (stump).

Pembibitan Stek Daun

Stek ditanam di dalam polibag berisi media tanah. Polibag ini disusun di dalam bedengan yang terletak di dalam naungan pembibitan.

  1. Bahan tanaman
  1. Ranting stek diambil berumur 4-5 bulan setelah pangkas, mulai berkayu dan berwarna coklat. Posisi ranting stek (stekres) tegak lurus (vertikal).
  2. Stekres berasal dari induk yang ditanam di kebun induk (Multiplication plant, MP).
  3. Panjang tangkai stek 3-4 cm dipotong miring 45o ke arah luar dan memiliki 1 helai daun.
  4. Jumlah stek dari stekres antara 2-5 stek/stekres diambil dari batas pangkal ranting yang berwarna coklat sampai daun ke tiga dari peko (pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif).
  5. Stek direndam di dalam larutan Dithane M-45 15-25 gram/liter selama 1-2 menit.
  1. Media stek
  1. Struktur tanah gembur, sedikit berliat, pH 4,5-5,5, bebas nematoda dan sisa akar/tanaman.
  2. Diperlukan dua macam tanah: 2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas (top soil) untuk mengisi bagian bawah polibag ukuran 12×25 cm; 1/4-1/3 bagian lapisan tanah bawah (sub soil) untuk mengisi bagian atas polibag. Sebelumnya tanah disaring dengan saringan 1-2 cm.
  3. Tanah difumigasi Dithane M-45 dengan dosis 300-400 gram/m3 tanah. Dithane dicampur merata pada tanah saat dimasukkan ke polibag.
  4. Jika pH tanah terlalu tinggi, keasaman ditingkatkan dengan tawa sebanyak 1/2-1 kg/m3 tanah bersama dengan pemberian Dithane M-45.
  5. Pemupukan      dasar
    Hanya diberikan pada tanah lapisan atas: SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 500 gram/m3 tanah.

    1. Setengah bagian bawah polibag 12 x 25 cm diberi 5-6 lubang dengan diameter 0,5-1 cm.
    2. 2. 2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas (top soil) mengisi bagian bawah polibag, 1/2-1/3 bagian lapisan tanah bawah (sub soil) mengisi bagian atas. Tanah dalam kondisi kering angin.
    3. Polibag disusun di dalam bedengan (1 m bedengan untuk 156-168 polibag).
    4. Satu hari sebelum tanam, bedengan disiram air.
    5. Buat lubang tanah 2-3 cm.
    6. Tanamkan stek di lubang tanam dengan posisi daun tegak, searah dan tidak saling tindih. Padatkan tanah di sekitar stek.
    7. Siram bedengan dan tutupi dengan selimut plastik, ujungnya ditimbun tanah sehingga membentuk parit.
    8. Pelihara 3 bulan dalam kelembaban 90%.
  1. Pengisian tanah ke polibag
  1. Penanaman stek
  1. Pembuatan       naungan            pembibitan
    Ukuran naungan pembibitan adalah 3 x 2,5 m atau 4,5-2,5 m dengan tinggi 2 m. Setengah bedengan terbuat dari bilik dan bagian atasnya ditutup jarang dengan wide. Pasang reng bambu di bagian atas bangunan ini dan tutup dengan rerumputan sehingga cahaya matahari yang masuk sekitar 25%  pada     3-4       bulan    pertama.            Lebar bedengan 90-100 cm, tinggi 15 cm dan panjang sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan. Rangka sungkup terbuat plastik dengan tinggi lengkungan 60-70 cm.

Pemeliharaan Pembibitan

  1. Pengaturan intensitas matahari
  2. 0-3 bulan: 25-30%, naungan tertutup seluruhnya.
  3. 4-5 bulan: 30-40%, atap diperjarang.
  4. 6-7 bulan: 50-75%, atap lebih diper jarang lagi.
  5. 7-12 bulan: 90-100%, atap diperjarang.
  6. > 1 tahun: 90-100%, atap terbuka sampai dibuka
  7. Penyiraman dilakukan bila perlu.
  1. Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan dengan pupuk daun Bayfolan 15 cc/15 liter air atau larutan urea 10-20 gram/liter, 1-2 minggu sekali.
  2. Pengendalian hama penyakit: Menutup sungkup segera bila ada serangan, menyemprot Dihane M-45 atau Cobox pada dosis 0,1-0,2%.
  3. Seleksi bibit dilakukan pada umur 6 bulan.

2. Pengolahan Media Tanam

Persiapan

  1. Persiapan         lahan

Karena lahan baru merupakan konversi dari hutan, semak atau lahan pertanian lain, maka perlu dilakukan survey dan pemetaan tanah yang datanya akan menunjang pembuatan peta kebun dan perlengkapannya, pembuatan fasilitas air dan juga jalan.

  1. Pembongkaran             pohon   dan       tanggul
    Pohon dibongkar sampai akarnya dengan menggunakan takel berkekuatan 3-5 ton, atau dimatikan dulu dengan arborisida sebelum dibongkar.
  2. Pembersihan     lahan    (babad)            di         musim   kemarau
    Dilakukan setelah pembongkaran selesai, sampah dibuang ke tempat yang tidak ditanami teh dan jangan dibakar.
  3. Pembersihan     gulma   (nyasap)           di         musim   kemarau
    Tanah diolah dengan cangkul sedalam 5-10 cm untuk membersihkan gulma.
  4. Pengolahan tanah
  1. Tanah dicangkul sedalam 60 cm sampai gembur dan biarkan 2-3 minggu.
  2. Olah kembali sedalam 40 cm.
  3. Lakukan pengukuran dan pematokan sehingga terbentuk petakan 20 x 20 m.
  1. Pembuatan       jalan
    Lebar jalan kebun cukup 1 meter.
  2. Pembuatan selokan drainase menurut kemiringan dan letak jalan kebun.

Pembukaan Lahan

Lahan yang digunakan terdiri atas lahan tempat tumbuh tanaman teh tua yang populasinya masih cukup banyak 30-50%.

  1. Pembongkaran    pohon   pelindung
    Pohon dibongkar bersama akarnya.
  2. Pembongkaran    tanaman            teh        tua
    Untuk lahan yang landai dapat dilakukan dengan pencabutan dengan tekel, tetapi jika kemiringan > 30% perdu dimatikan dengan bahan kimia arborisida
  3. Sanitasi    lahan
    Untuk menghindari penyakit cendawan akar yang berasal dari tanaman tua dilakukan penanaman rumput Guatemala selama 2 tahun atau Fumigasi dengan metil bromil sebanyak 0,25 kg/10 m2 lahan. Tutup lahan dengan lembaran plastik dan alirkan fumigan, biarkan 2 minggu. Lahan dikeringanginkan 2 minggu.
  4. Pengolahan          tanah
    Untuk lahan yang perdu tehnya dicabut, lahan diolah dengan cara seperti 3.2.1., tetapi jika digunakan arborisda untuk mematikan perdu, tanah tidak perlu diolah cukup diratakan.

3. Teknik Penanaman

Penentuan Pola Tanam

Sebelum dibuat lubang tanam, lahan diajir sesuai dengan jarak tanam yang                  akan     dipakai.

  1. Datar s/d 15%: jarak tanam 120 x 90 cm; jumlah 9.260 pohon; penanaman baris                       tunggal              lurus
  2. 15-30%: jarak tanam 120 x 75 cm; jumlah 11.110 pohon; penanaman baris tunggal lurus
  3. > 30%: jarak tanam 120 x 60 cm; jumlah 13.888 pohon; penanaman sesuai kontur
  4. Batas tertentu: jarak tanam 120 x 60 x 60 cm; jumlah 18.500 pohon; penanaman baris berganda

Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x40 cm untuk bibit asal stump biji dan 20 x20 x20 cm untuk bibit asal stek

Cara Penanaman

  1. Masukkan pupuk dasar ke dalam lubang yaitu 11 gram urea, 5 gram TSP dan kg KCl.
  2. Jika pH tanah > 6, masukkan belerang murni 10-15 gram.
  3. Jika bibit berasal dari stump biji:

1)      Bibit berumur 2 tahun, panjang akar 30 cm, tinggi batang 20 cm.

2)      Stump ditanam tegak lurus, padatkan tanah di sekitar batang.

3)      Ratakan tanah, jangan sampai terjadi cekungan di sekitar batang.

  1. Jika bibit berasal dari stek:

1)      Sobek polibag bagian bawah dan bagian sisi.

2)      Tarik ujung polibag bawah ke bagian atas sehingga tanaman terbuka.

3)      Masukkan ke dalam lubang tanam, timbun dan padatkan tanah di sekeliling batang.

4)      Polybag ditarik hati-hati melalui tajuk tanaman.

5)      Ratakan tanah, jangan sampai terjadi cekungan di sekitar batang.

Tanaman pelindung sementara dan tetap sangat diperlukan jika teh ditanam di dataran rendah. Tanaman pelindung sementara adalah Crotalaria sp.dan Tephrosis sp. yang ditanam di antara 2 barisan tanaman teh. Penanaman dilakukan dengan biji setelah teh ditanam.

Tanaman pelindung tetap ditanam jika pelindung sementara sudah tidak bisa dipertahankan (2-3 tahun). Tanaman pelindung tetap ditanam 1 tahun sebelum teh ditanam berupa Albizia falcata, A. sumatrana, A. procera, A. chinensis, Leucaena glabrata, L. glauca, Erythrina subumbrans, Gliricida maculata, Acacia decurens.

4. Pemeliharaan Tanaman

Penjarangan dan Penyulaman

Tanaman mati diganti tanaman baru dengan bibit yang sama, penyulaman dimulai dua minggu setelah tanam sampai dua bulan menjelang kemarau. Bibit sulaman yang diperlukan pada tahun pertama adalah 10% dan tahun kedua 5%. Pada tahun ke tiga, tanaman teh mulai menghasilkan (Tanaman Menghasilkan/TM).

Pembubunan

Pohon pelindung berfungsi sebagai sumber pupuk hijau, pangkasan daunnya dihamparkan di antara tanaman teh. Mulsa diberikan pula melalui penanaman rumput Guatemala. Tanaman pelindung sementara dipertahankan sampai tanaman teh berumur 2 tahun.

Pemupukan

Dosis pemupukan (kg/ha/tahun) untuk tanaman yang belum menghasilkan (TBM).

  1. Bahan organik top soil < 5%:
    1. Umur tanam   1                      tahun:
      –        Andosol/Regosol:         N=100;P2O5=            60;K2O=40;MgO=0
      –        Latosol/Podsolik : N=100;P2O5=50;K2O=50;MgO=0
    2. Umur tanam   2                      tahun:
      –        Andosol/Regosol:         N=150;P2O5=60;K2O=40;MgO=20
      – Latosol/Podsolik : N=150;P2O5=75;K2O=75;MgO=40
    3. Umur tanam   3                      tahun:
      –        Andosol/Regosol:         N=200;P2O5=75;K2O=50;MgO=20
      – Latosol/Podsolik : N=175;P2O5=75;K2O=75;MgO=40
    4. Bahan organik top soil 5-8%:
      1. Umur tanam   1          tahun:
        –        Andosol/Regosol:         N=80;P2O5=50;K2O=30;MgO=0
        –        Latosol/Podsolik : N=80;P2O5=40;K2O=40;MgO=0
      2. Umur tanam   2                      tahun:
        –        Andosol/Regosol:N=120;P2O5=50;K2O=30;MgO=20
        – Latosol/Podsolik : N=120;P2O5=60;K2O=60;MgO=30
      3. Umur tanam   3          tahun:
        –        Andosol/Regosol:         N=150;P2O5=60;K2O=50;MgO=30
        –        Latosol/Podsolik : N=160;P2O5=60;K2O=60;MgO=30
      4. Bahan organik top soil >8%:
        1. Umur tanam   1          tahun:
          –        Andosol/Regosol:         N=70;P2O5=50;K2O=20;MgO=0
          –        Latosol/Podsolik : N=70;P2O5=30;K2O=30;MgO=0
        2. Umur tanam 2 tahun:

–        Andosol/Regosol:N=100;P2O5=50;K2O=30;MgO=20
– Latosol/Podsolik : N=110;P2O5=50;K2O=50;MgO=25

  1. Umur tanam   3          tahun:
    –        Andosol/Regosol:         N=130;P2O5=60;K2O=40;MgO=20
    – Latosol/Podsolik : N=140;P2O5=50;K2O=50;MgO=25

Dosis pemupukan kg/ha/tahun untuk tanaman yang menghasilkan (TM) dengan target                       produksi                 200                  kg                    teh        kering/ha/tahun

a)      Urea, ZA (unsur hara N): dosis optimal 250-350, 3-4 kali/tahun

b)      TSP, PARP (unsur hara P2O5): dosis optimal 60-120 untuk Andosol/Regosoldan 15-40 Latosol/Podsolik untuk, 1-2 kali/tahun

c)      MOP, ZK (unsur hara K2O): dosis optimal 60-180, 2-3 kali/tahun

d)      Kiserit (unsur hara MgO): dosis optimal 30-75, 2-3 kali/tahun

e)      Seng sulfit (unsur hara ZnO): dosis optimal 5-10, 7-10 kali/tahun

Hama

  1. Helopeltis            antonii

Serangga dewasa seperti nyamuk, menyerang daun teh dan ranting muda. Bagian yang diserang berbercak coklat kehitaman dan mengering. Serangan pada ranting dapat menyebabkan kanker cabang. Pengendalian: pemetikan dengan daur petik 7 hari, pemupukan berimbang, sanitasi, mekanis, predator Hierodula dan Tenodera, Insektisida nthio 330 EC, Carbavin 85 WP, Mitac 200 EC.

  1. Ulat jengkal (Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria)

Ulat berwarna hitam atau coklat bergaris putih, menyerang daun muda, pucuk dan daun tua, serangan dapat di kebun atau persemaian. Daun yang diserang bergigi/berlubang. Pengendalian: membersihkan serasah dan gulma, pemupukan berimbang dan insektisida Lannate 35 WP, Lannate L.

  1. Ulat         penggulung       daun     (Homona          aoffearia)

Ulat berukuran 1-2,5 cm menyerang daun teh muda dan tua. Daun tergulung dan terlipat. Pengendalian: cara mekanis, melepas musuh hayati seperti Macrocentrus homonae, Elasmus homonae, insektisida Ripcord 5 EC.

  1. Ulat         penggulung       pucuk   (Cydia  leucostoma)

Ulat berukuran 2-3 cm berada di dalam gulungan pucuk teh. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas musuh alami Apanteles dan insektisida Bayrusil 250 EC, Dicarbam 85 S, Sevin 85S.

  1. Ulat         api        (Setora nitens,   Parasa  lepida,  Thosea)

Ulat berbulu menyerang daun muda dan tua, tanaman menjadi berlubang. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas parasit dan insektisida Ripcord 5 EC dan Lannate L.

  1. Tungau    jingga   (Brevipalpus     phoenicis)

Berukuran 0,2 mm berwarna jingga, menyerang daun teh tua di bagian permukaan bawah. Terdapat bercak kecil pada pangkal daun, tungau membentuk koloni di pangkal daun, Lalu serangan menuju ujung daun, daun mengering dan rontok. Pengendalian: (1) cara mekanis, pengendalian gulma, pemupukan berimbang, predator Amblyseius, (2) insektisda Dicofan 460 EC, Gusadrin 150 WSC, Kelthane 200 EC, Omite 570 EC.

Penyakit

  1. Cacar teh

Penyebab: jamurExobasidium vexans. Menyerang daun dan ranting muda. Gejala: bintik-bintik kecil tembus cahaya dengan diameter 0,25 mm, pada stadium lanjut pusat bercak menjadi coklat dan terlepas sehingga daun bolong. Pengendalian: mengurangi pohon pelindung, pemangkasan sejajar permukaan tanah, pemetikan dengan daur pendek (9 hari), penanaman klon tanah cacar PS 1, RB 1, Gmb1, Gmb 2, Gmb 3, Gmb 4, Gmb 5, fungisida.

  1. Busuk daun

Penyebab: jamur Cylindrocladum scoparium. Gejala: daun induk berbercak coklat dimulai dari ujung/ketiak daun, daun rontok, setek akan mati. Pengendalian: mencelupkan stek ke dalam fungisida. Jika persemaian terserang semprotkan benomyl 0,2%.

  1. Mati ujung     pada bidang           petik

Penyebab: jamurPestalotia tehae. Sering menyerang klon TRI 2024. Gejala: bekas petikan berbercak coklat dan meluas ke bawah dan mengering, pucuk baru tidak terbentuk. Pengendalian: pemupukan tepat waktu, pemetikan tidak terlalu berat, fungisida yang mengandung tembaga.

  1. Penyakit akar merah        anggur

Di dataran rendah 900 meter dpl terutama tanah Latosol. Penularan melalui kontak akar. Penyebab: jamur Ganoderma pseudoferreum. Gejala: tanaman menguning, layu, mati. Pengendalian: membongkar dan membakar teh yang sakit, menggali selokan sedalam 60-100 cm di sekeliling tanaman sehat, fumigasi metil bromida atau Vapam.

  1. Penyakit akar merah        bata

Penyebab:           jamur                Proria   hypolatertia.
Di dataran tinggi 1.000-1.500 meter dpl. Ditularkan melalui kontak akar, Gejala: sama dengan penyakit akar merah anggur. Pengendalian: sama dengan penyakit akar merah anggur.

  1. Penyakit akar hitam

Penyebab: jamur Rosellinia arcuata di daerah 1.500 meter dpl dan R. bunodes di daerah 1.000 meter dpl. Gejala: daun layu, menguning, rontok dan tanaman mati, terdapat benang hitam di bagian akar, di permukaan kayu akar terdapat benang putih (R. arcuata) atau hitam (R. bunodes). Pengendalian: sama dengan penyakit akar umumnya.

  1. Jamur akar coklat jamur kanker belah, jamur leher akar, jamur busuk akar , jamur akar hitam. Menyerang akar, pengendalian: sama dengan penyakit akar umumnya.

Gulma

  1. Pengendalian gulma di areal TBM:
    1. Cara mekanis, dengan mencabut gulma, memotong gulma di permukaan dan di bawah tanah.
    2. Cara kimia, menggunakan herbisida pra tumbuh Goal 2E (1-2 L/ha), Caragard 70 WP (2-3 kg/ha), Simazine (2-3 kg/ha), Sencor 70 WP (0,5-1,0 kg/ha).
    3. Pengendalian gulma di areal TM:
      1. Melaksanakan kultur teknis dengan tepat, pemetikan rata agar tajuk menutup tanah, penyulaman intensif dan pemulsaan.
      2. Cara mekanis.
      3. Cara kimia dengan herbisida pra tumbuh seperti Karmex 70 WP (1-1,5 kg/ha), Nitrox 70 WP (1-1,5 kg/ha), Caragard 80 WP (2-3 kg/ha) atau Goal 2E (1-2 L/ha).

5. Panen

Ciri dan Umur Panen

Pada tanaman teh, panen berarti memetik pucuk/daun teh muda yang berkualitas dalam jumlah sebesar-besarnya dengan memperhatikan kestabilan produksi dan kesehatan tanaman. Tanaman memasuki saat dipetik setelah berumur 3         tahun.   Daun    yang     dipetik  adalah:

  1. Peko: Pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif
  2. Burung: Pucuk/tunas yang sedang istirahat
  3. Kepel: Daun kecil yang terletak di ketiak daun tempat ranting tumbuh.

Cara Panen

Terdapat tiga macam petikan teh, yaitu:

  1. Petikan jendangan, petikan pertama setelah pangkasan untuk membentuk bidang petik agar datar dan rata.
  2. Petikan produksi, dilakukan setelah petikan jendangan:
    1. Semua tunas yang melewati bidang petik dan memenuhi rumus petik harus diambil, tunas yang melewati bidang petik tetapi belum memenuhi rumus petik dibiarkan.
    2. Tunas yang terlalu muda harus diambil.
    3. Semua pucuk burung diambil.
    4. Tunas cabang yang menyamping dan tingginya tidak lebih dari bidang pangkas dibiarkan.
    5. Petikan gandesan, dilakukan di kebun yang akan dipangkas dengan cara memetik semua pucuk tanpa melihat rumus petik.

Periode         Panen

Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh dipetik dengan periode antar 6-12 hari. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari sekali.

Prakiraan       Produksi

Produksi diharapkan mencapai 200 kg berat kering/ha/tahun.

f. Pascapanen

Waktu memetik teh, jangan menggenggam pucuk terlalu banyak. Pucuk hasil petikan ditempatkan di dalam keranjang 10 kg yang digendong di atas punggung. Waring (keranjang bambu) digunakan untuk menampung hasil petikan dengan ukuran minimal 150 x 160 cm dengan daya muat 20 kg (maksimal 25 kg). Tempatkan waring dalam keadaan terbuka dan tidak ditumpuk di tempat teduh (di los).

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

4.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya teh pada lahan datar s/d 15 derajat dengan penanaman baris tunggal lurus selama masa tanam 6 tahun dengan luas lahan 1 hektar di daerah Jawa Barat tahun 1999.

Gambaran Peluang Agribisnis

Teh adalah minuman yang diminati oleh hampir setiap bangsa di dunia. Industri perkebunan teh di Indonesia telah menghasilkan teh yang berkualitas ekspor. Untuk lebih meningkatkan nilai tambah produk pertanian strategis ini, sebaiknya industri teh didiversifikasi ke arah pembuatan produk teh.

Selama ini Indonesia hanya mengekpor teh saja, pengolahan teh untuk mendapatkan citarasa tertentu dan pengemasannya dilakukan di luar negeri. Dengan demikian, konsumen di luar negeri tidak mengetahui bahwa teh yang mereka minum ditanam di Indonsia, Pendirian industri pengemasan teh siap konsumsi merupakan alternatif yang menarik dalam agribisnis teh.

V. STANDAR PRODUKSI

5.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini: meliputi syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, penandaan.dan pengemasan.

5.2. Diskripsi
Teh adalah pucuk dan daun muda kering dari tanaman thea sinensis (L) sims yang telah diolah. Standar mutu teh di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3836-1995.

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

a) Air: maksimum 12%
b) Abu: maksimum 7%
c) Abu dapat larut dalam air: minimum 50% dari kadar abu
d) Ekstrak dalam air: minimum 33%
e) Theina: minimum 5%
f) Logam-logam berbahaya (Pb, Cu, Hg) dan arsen: tidak nyata
g) Bau, rasa, keadaan: normal

Adapun cara uji adalah:

  1. Kadar Air
    5-10 gram contoh (yang telah digerus dan dihaluskan) ditimbang dalam sebuah botol timbang. Lalu keringkan pada 105 derajat C, didinginkan dan timbang hingga bobotnya tetap
    Kadar air=(pengurangan bobot bahan / berat gram contoh) x 100%
  2. Abu
    5-10 gram contoh (yang telah digerus dan dihaluskan) ditimbang dan dicampurkan dengan air sampai menjadi bubur, tambahkan 1 ml asam sulfat pekat, kemudian panaskan sampai kelebihan asamnya hilang. Sesudah itu dipijar lalu didinginkan dan dibasahi lagi dengan 2-3 tetes asam sulfat pekat dan dipijarkan lagi. Selam dipijar tambahkan beberapa butir amonium karbonat untuk mempermudah pengabuan, dinginkan dan timbang hingga bobotnya tetap.
    Kadar abu=(bobot abu / berat gram contoh ) x 100%
  3. Abu dapat larut dengan air
    Abu yang terdapat dalam kadar abu diatas ditambah dengan air dan dipanaskan diatas pemanas air, kemudian disaring dan dicuci dengan air panas 2-3 kali. Kertas saring (berikut endapannya) dipijarkan dalam cawan petri, lalu didinginkan dan ditimbang hingga bobotnya tetap.
    Kadar abu larut dalam air=(pengurangan bobot masal abu / berat gram contoh ) x 100%
  4. Kadar kotoran (pasir, tanah, dsb)
    5-10 gram contoh (yang telah dihaluskan) diabukan seperti keterangan diatas tersebut, kemudian abu ditambah/dilarutkan dalam HCl encer (25%) dan dipanaskan kedalam penangas air. Setelah selesai disaring dan dicuci dengan air panas hingga tak bereaksi asam lagi, sisa saringan dipijar, dinginkan ditimbang hingga bobotnya tetap.
    Kadar abu=( bobot kotoran / berat gram contoh ) x 100%
  5. Kadar ekstrak (sari)
    Kertas saring bulat dikeringkan pada suhu 105 derajat C. Dinginkan dan timbang. Masukan 5 gram contoh kedalam piala 1 liter tambahkan 750 ml air didihkan selama 15 menit, saring dengan kertas saring lalu dinginkan dan ditimbang. Sisa dalam piala ditambahkan lagi dengan 750 ml air dan didihkan kemudian saring. Pekerjaan serupa diulangi sampai 4 kali. Pada saringan terakhir dikumpulkan, kemudian dikeringkan pada suhu 105°, didinginkan dan ditimbang hingga bobotnya tetap. Pengurangan bobot bahan asal dikurangi kadar air adalah kadar ekstrak (sari).

5.4. Pengambilan Contoh
Menurut persetujuan pembeli dan penjual, contoh itu mewakili suatu tanding (pertij). Jumlah tiap-tiap contoh sekurang-kurangnya 250 gram

5.5. Pengemasan

Pasar internasional memerlukan dua macam teh yaitu:
a) Teh hijau yang tidak difermentasi.
b) Teh hitam yang difermentasi.

Kedua jenis teh tersebut diekspor dalam bentuk daun (leaf) atau serbuk teh (dust). Teh hijau dikemas dalam kemasan 3 kg baik untuk daun maupun serbuk teh.

Pemetikan

Pemetikan merupakan cara pengambilan hasil tanaman teh berupa pucuk daun yang dilakukan secara teratur dan terus menerus sesuai dengan persyaratan dalam pengolahan teh. Pemetikan berfungsi membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Setyamidjaja, 2000). Teknik pemetikan teh yang efektif dan efisien sangat menentukan maksimal atau tidaknya produksi teh (Anggorowati, 2008).

Mutu pucuk teh yang dipetik berhubungan dengan sistem pemetikan yang diterapkan oleh perkebunan teh. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemetikan adalah gilir petik dan hanca petik. Gilir petik adalah jarak waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan selanjutnya yang dipengaruhi oleh pertumbuhan tunas dan kecepatan pertumbuhan pucuk. Hanca petik adalah luas areal pemetikan yang harus diselesaikan oleh pemetik dalam satu hari (Qibtiyah, 2009).

Menurut Adisewojo (1982), pemetikan teh dibagi menjadi tiga jenis yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas, dengan tujuan membentuk bidang petik. Setelah tiga sampai lima kali pemetikan jendangan, selanjutnya dapat dilakukan pemetikan produksi. Pemetikan produksi bertujuan untuk mendapatkan pucuk untuk pengolahan serta membentuk kondisi tanaman agar mampu menghasilkan produksi yang tinggi. Sedangkan pemetikan gendesan merupakan pemetikan pucuk daun teh yang dilakukan beberapa bulan sebelum tanaman dipangkas dengan tujuan mengurangi kehilangan produksi akibat pemangkasan.

Setyamidjaja (2000) menyatakan bahwa selain jenis pemetikan, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemetikan tanaman teh, diantaranya : 5

 

1. Jenis petikan

Jenis petikan merupakan jenis/macam pucuk yang dihasilkan dalam pelaksanaan pemetikan. Ada tiga jenis petikan yang umum dikenal, yaitu :

a. Petikan halus, merupakan pucuk yang yang dihasilkan dari pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m). Rumus petiknya p+1 atau b+1m.

b. Petikan medium, merupakan pucuk yang dihasilkan dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda. Rumus petiknya p+2, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m.

c. Petikan kasar, merupakan pucuk yang dihasilkan dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih dan pucuk burung dengan beberapa daun tua (t). Rumus petiknya p+4 atau lebih, b+(1+4)t.

2. Giliran petik

Gilir atau daur petik adalah selang atau jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan lainnya yang dihitung dalam hari. Faktor – faktor yang mempengaruhi gilir petik diantaranya :

a. Umur pangkas, semakin tua umur pangkas maka makin panjang daur petiknya.

b. Iklim, gilir petik pada musim kemarau lebih panjang daripada musim hujan.

c. Elevasi, makin tinggi ketinggian suatu kebun dari permukaan laut, makin panjang gilir petiknya.

d. Kesehatan tanaman, makin sehat tanaman, makin cepat pertumbuhannya.

3. Hanca petik

Hanca petik ataupun areal petik adalah luas areal pemetikan yang harus selesai dipetik oleh pemetik dalam satu hari.

6 􀜶􀜲 􀵌 produksi pucuk ha

 

1.      Tenaga pemetik

Jumlah tenaga pemetik (TP) dapat dihitung dengan rumus :

 

dengan A merupakan persentase absensi pemetik dalam satu tahun.

Analisis Pemetikan

Kegiatan analisis pemetikan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan pemetikan yang dilakukan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan suatu perusahaan atau belum. Ada dua macam analisis pemetikan yaitu analisis petik dan analisis pucuk (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Analisis Petik

Analisis petik adalah pemisahan pucuk berdasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Kegunaan analisis petik adalah untuk menilai kondisi tanaman, menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan baik daur maupun cara pemetikan, serta menilai keterampilan pemetik (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

Analisis Pucuk

Analisis pucuk merupakan kegiatan pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian muda dan tua serta bagian yang rusak yang dinyatakan dalam persen. Pucuk yang rusak yaitu pucuk yang sobek, terlipat maupun terperam. Tujuan analisis pucuk adalah untuk menilai kondisi pucuk yang akan diolah, menentukan harga pucuk serta memperkirakan mutu teh jadi yang dihasilkan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Analisis pucuk juga dapat digunakan untuk menentukan premi yang diterima pemetik apabila persentase pucuk yang memenuhi syarat olah memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan th x rendemen kapasitas pemetik HKE ha /th x 􁈺100 􀵅 A􁈻%

 

VI. REFERENSI

6.1. Daftar Pustaka

a) M.Sultoni Arifin, Dr. dkk. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian Perkebunan Gambung. Bandung.
b) Rasjid Sukarja, Ir. 1983. Petunjuk Singkat Pengelolaan Kebun Teh. Badan Pelaksana Protek Perkebunan Teh Rakyat dan Swasta Nasional. Bandung.
c) Trubus No. 346. 1998. Kebun Teh Jepang di Garut.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

pengolahan tanaman terpadu

PTT itu adalah akronim dari Pengelolaan Tanaman Terpadu. Cara baru bercocok tanam padiyang memanfaatkan secara terpadu sumberdaya yang tersedia.

Hasil pengkajian di beberapa tempat memperlihatkan dengan PTT ini maka produktifitasnya meningkat sebesar 19,3 % – 24,5 %, (sekitar 1-2 ton lebih tinggi) sehingga petani dapat memperoleh keuntungan sebesar 35-50 % dibanding cara yang tersedia. PTT inipun telah mampu “berkontribursi secara nyata” produksi padi secara nasional.

Cara bertanam legowo ini biasa dilakukan pada pendekatan yang disebut dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu atau lebih populer dengan PTT Padi. Untuk menerapkan pendekatan PTT padi ada beberapa teknologi yang harus dilaksanakan yaitu : (1) penggunaan benih varietas unggul/bermutu, (2) pengaturan jarak tanam. (3) penggunaan benih muda, (4) penggunaan bahan organik, (5) pemupukan sesuai dengan kebutuhan, (6) pengendalian OPT sesuai konsep PHT, (7) pengelolaan air sesuai kondisi lapangan. Secara rinci di jelaskan sbb:

1.      Penggunaan benih varietas unggul bermutu

Varietas unggul yang dianjurkan adalah Ciherang, Mekongga, Conde, Cigeulis, Widas, Cimelati, Gilirang, Angke, Tukad Balian, Tukad petani. Bisa juga digunakan padi hibrida longping, Pusaka dan intani I. Atau varietas unggul setempat. Kemurnian dan daya tumbuh benih tersebut harus diatas 90%. Harus dipilih benih bersertifikat sekurang-kurangnya berlabel biru. Benih ini perlu diseleksi dengan perendaman dalam larutan air garam kurang lebih 3 %, hanya benih yang tenggelam yang dipergunakan.

2.      Penggunaan jarak tanam legowo

  1. Jajar legowo 2:1. Setiap dua baris diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam barisan. Jarak tanaman 40x20x10 cm,
  2. Jajar legowo 3:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam tanaman padi yang dipinggir dirapatkan dua kali dengan jarak tanam yang ditengah.jarak tanaman 20x20cm
  3. Jajar legowo 4:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Demikian seterusnya. Jarak tanam yang dipinggir setengah dari jarak tanam yang ditengah. Jarak tanaman 29x10x40 cm

3.      Penggunaan bibit muda tunggal dan dangkal

Umur bibit di persemaian cukup 10-20 hari setelah sebar/HSS (sudah mempunyai 4 daun). Penanaman cukup 1-2 bibit perumpun dan ditanam lebih dangkal. Secara ini akan memberikan pertumbuhan dan perkembangan akar yang lebih baik, anakan lebih banyak dan tanaman lebih mampu beradaptasi dibandingkan dengan tanaman yang berasal bibit yang lebih tua. Cara ini akan menghemat penggunaan benih hingga 50%.

4.      Penggunaan bahan organik

Penggunaan bahan organik bertujuan untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Gunakan bahan organik atau pupuk kandang sebanyak 2-3 ton/ha, seperti kompos, jerami, pupuk kandang/kotoran sapi atau ayam, pupuk hijau dan pupuk organik lainnya.

5.      Pemupukan

Pupuk dasar N,P dan K. Pemupukan pertama dilakukan sebelum tanaman berumur 14 hari. Cobalah tanyakan kepada penyuluh pertanian dosis pemupukan yang direkomendasikan setempat. Kalau tidak ada, perhatikan rekomendasi masing-masing produsen atau yang tertera dalam kemasan pupuk ybs. Sebenarnya untuk memudahkan petani dan lebih praktis telah dikembangkan metode baru untuk mengukur tingkat kehijauan daun padi yang dinamakan Bagan Warna Daun (BWD).

Petani tinggal mencocokan warna daun padi dengan warna pada BWD dan memberikan urea sesuai rumus pada BWD tersebut. Dengan menggunakan teknologi ini, pemberian pupuk N dapat dihemat sampai 20%. Tetapi mungkin alat ini belum tersebar luas di kalangan petani.

6.      Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama penyakit supaya sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Misalnya tanam serempak, pemantauan perkembangan populasi organisme pengganggu tanaman, melakukan pengamatan hama secara periodik. Kalau sudah melampaui ambang kendali baru diadakan pengendalian dengan pestisida. Perhatiakn pula pengendalian gulma. Minimal 3 kali.

7.      Pengairan berselang

Sekarang ini sedang disosialisasikan apa yang dinamakan dengan pengairan berselang (intermitten) untuk memberi kesempatan tanah kering beberapa saat. Sebab pengenagan terus-menerus menyebabkan penumpukan bahan beracun di lapisan perakaran. Sampai menjelang pemberian pupuk dasar (7-9 HST, hari setelah tanam) di airi selama 5 cm, kemudian biarkan mengering dengsn sendirinya (selama 5-6 hari, pengairan berselang). Setelah permukaan retak, langsung sawah di airi kembali sedalam 5cm. Ulangi seperti ini sampai tanaman masuk stadia berbunga. Mulai stadia berbunga, airi tanaman terus-menerus setinggi 5 cm. Keringkan air sekitar 2 minggu menjelang panen. Cara ini dapat menghemat penggunaan air irigasi sekitar 40 % dibanding penggenangan terus-terusan.

Cara pengelolaan PTT lebih efektif menggunakan sekolah lapang. Artinya petani berkelompok dan mengamati secara bersama. Sehingga antar petani dapat saling belajar, maka diharapkan produktifitasnyapun optimal. Untuk mempercepat penyebarluasan informasi ini, maka pemerintah menyelenggarakan jambore. Pada jambore ini para petani dapat mengadakan dialog dengan para pejabat penentu kebijakan, para pejabat pembimbing/penyuluh, para peneliti dan sesama petani sendiri selama berjambore.       (sumber : Sinar Tani)

BUDIDAYA PADI METODA SRI

PERTANIAN PADI SAWAH RAMAH LINGKUNGAN BERKELANJUTAN

FOKUS PADA UNSUR ‘TANAMAN, TANAH, AIR DAN UDARA’ HANYA ADA PADA

PERTANIAN PADI SAWAH SRI ORGANIK.

SRI ( System of Rice Intensification ) adalah cara budidaya padi yang pada awalnya diteliti dan dikembangkan sejak 20 tahun yang lalu di Pulau Madagaskar dimana kondisi dan keadaannya tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Ditemukan secara tidak sengaja d Madagaskar antara tahun 1983- 1984 oleh Biarawan Yesuit asal Prancis , bernama Fr Henri De Laulani SJ. Oleh Penemunya Methode ini selanjutnya dalam bahasa Perancis dinamakan Le Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Karena kondisi lahan pertanian yang terus menurun kesuburannya, kelangkaan dan harga pupuk kimia yang terus melambung serta suplai air yang terus berkurang dari waktu ke waktu, maka dikembangkanlah metoda SRI untuk meningkatkan hasil produksi padi petani Madagaskar pada saat itu, dengan hasil yang sangat mengagumkan. Saat ini SRI telah berkembang di banyak negara penghasil beras seperti di Thailand, Philipina, India, China, Kamboja, Laos, Srilanka, Peru, Cuba, Brazil, Vietnam dan banyak negara maju lainnya. Melalui presentasinya Prof. Norman Uphoff dari universitas Cornell, USA, pada tahun 1997 di Bogor, SRI diperkenalkan di Indonesia. Dan sejak tahun 2003 penerapan dilapangan oleh para petanikita di Sukabumi, Garut, Sumedang, Tasikmalaya dan daerah lainnya memberikan lonjakan hasil panen yang luar biasa.

Cara budidaya SRI sebenarnya tidak asing bagi para petani kita, karena sebagian besar prosesnya sudah dipahami dan biasa dilakukan petani. Metoda SRI ini dinamakan bersawah organik dan menghasilkan padi/beras organik karena mulai dari pengolahan lahan, pemupukan hingga penanggulangan serangan hama sama-sekali tidak menggunakan bahan-bahan kimia . Metoda SRI seluruhnya menggunakan bahan organik disekitar kita ( petani ) yang ramah lingkungan, dan bersahabat dengan alam serta mahluk hidup di lingkungan persawahan.

 

 

Komponen teknologi dasar yang wajib diaplikasikan dalam PTT Padi Sawah, antara lain :

1.  Varietas unggul baru (Hibrida atau Inbrida).

2.  Benih bermutu dan berlabel.

3.  Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos atau pupuk kandang.

4.  Pengaturan populasi tanaman secara optimum.

5.  Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah.

6.  Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) dengan pendekatan PHT (pengendalian hama terpadu).

Sedangkan komponen teknologi pilihan yang dapat diapilkasikan dalam PTT Padi Sawah, antara lain :

1.  Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam.

2.  Penggunaan bibit muda (< 21 hari).

3.  Tanam bibit 1 -3 batang per rumpun.

4.  Pengairan secara effektif dan effisien.

5.  Penyiangan dengan alat (landak, gasrok, dll).

6.  Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok

Bagan warna daun (BWD) adalah alat berbentuk persegi empat yang berguna untuk mengetahui kadar hara N tanaman padi. Pada alat ini terdapat empat kotak skala warna, mulai dari hijau muda hingga hijau tua, yang menggambarkan tingkat kehijauan daun tanaman padi. Sebagai contoh, kalau daun tanaman berwarna hijau muda berarti tanaman kekurangan hara N sehingga perlu dipupuk. Sebaliknya, jika daun tanaman berwarna hijau tua atau tingkat kehijauan daun sama dengan warna di kotak skala 4 pada BWD berarti tanaman sudah memiliki hara N yang cukup sehingga tidak perlu lagi dipupuk.

Hasil penelitian menunjukkan, pemakaian BWD dalam kegiatan pemupukan N dapat menghemat penggunaan pupuk urea sebanyak 15 – 20% dari takaran yang umum digunakan petani tanpa menurunkan hasil.  Maka sebaiknya setiap petani harus memiliki bagan warna daun tersebut.

Langsung aja pada pokok pembicaraan bagaimana cara menggunakan BWD:

  1. Sebelum berumur 14 hari setelah tanam pindah (HST), tanaman padi diberi pupuk dasar N dengan takaran 50-75 kg per hektar. Pada saat itu BWD belum diperlukan.
  2. Pengukuran tingkat kehijauan daun padi dengan BWD dimulai pada saat tanaman berumur 25-28 HST. Pengukuran dilanjutkan setiap 7-10 hari sekali, sampai tanaman dalam kondisi bunting atau fase primordia. Cara ini berlaku bagi varietas unggul biasa. Khusus untuk padi hibrida dan padi tipe baru, pengukuran tingkat kehijauan daun tanaman dilakukan sampai tanaman sudah berbunga 10%.
  3. Pilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan yang seragam, lalu pilih daun teratas yang telah membuka penuh pada satu rumpun.
  4. Taruh bagian tengah daun di atas BWD, lalu bandingkan warna daun tersebut dengan skala warna pada BWD. Jika warna daun berada di antara dua skala warna di BWD, maka gunakan nilai rata-rata dari kedua skala tersebut, misalnya 3,5 untuk nilai warna daun yang terletak di antara skala 3 dengan skala 4 BWD.
  5. Pada saat mengukur daun tanaman dengan BWD, petugas tidak boleh menghadap sinar matahari, karena mempengaruhi nilai pengukuran.
  6. Bila memungkinkan, setiap pengukuran dilakukan pada waktu dan oleh orang yang sama, supaya nilai pengukuran lebih akurat.
  7. Jika lebih 5 dari 10 daun yang diamati warnanya dalam batas kritis atau dengan nilai rata-rata kurang dari 4,0 maka tanaman perlu diberi pupuk N dengan takaran:
    • 50-70 kg urea per hektar pada musim hasil rendah (di tempat-tempat tertentu seperti Subang Jawa Barat, musim hasil rendah adalah musim kemarau).
    • 75-100 kg urea per hektar pada musim hasil tinggi (di tempat-tempat tertentu seperti Kuningan Jawa Barat dan Sragen Jawa Tengah, musin hasil tinggi adalah musim kemarau).
    • 100 kg urea per hektar pada padi hibrida dan padi tipe baru, baik pada musim hasil rendah maupun musim hasil tinggi.

Ada yang perlu diingat, setelah tanaman padi berumur lebih dari 50 hst sebaiknya hentikan pemakaian urea kecuali pada tanaman padi hibrida.

Mudah bukan dalam penggunaan bagan warna daun? Kalau sudah paham sebaiknya mulai sekarang sebelum melakukan pemupukan jangan lupa gunakan dulu bagan warna daun (BWD) untuk menghemat biaya pemupukan, mengurangi pencemaran lingkungan dan mengurangi serangan hama penyakit.

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

KARET (Havea brasiliensis) Budi Daya Dan Penanamannya

I.PENDAHULUAN

 

A.Latar Belakang

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir.

Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta samasama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.

Tujuan pengembangan karet ke depan adalah mempercepat peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani. Sasaran jangka panjang (2025) adalah: (a) Produksi karet mencapai 3,5-4 juta ton yang 25% di antaranya untuk industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 1.200-1.500 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 300 3 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (85%); (d) Pendapatan petani menjadi US$ 2.000/KK/th dengan tingkat harga 80% dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet.

Sasaran jangka menengah (2005-2009) adalah: (a) Produksi karet mencapai 2,3 juta ton yang 10% di antaranya untuk industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 800 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 3 300 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (55%); (d) Pendapatan petani menjadi US$ 1.500/KK/th dengan tingkat harga 75% dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet di sentrasentra produksi karet.

B. Syarat pertumbuhan

1. Suhu udara 240C – 280C

2. Curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun.

3. Penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari

4. Kelembaban tinggi

5. Kondisi tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas

6. Tanah ber-pH 5-6 (batas toleransi 3-8).

7. Ketinggian lahan 200 m dpl

C. Persiapan lahan penanaman

dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :

1 Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya

Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.

2 Pengolahan Tanah

Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.

3 Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket

Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan.

4 Pembuatan Lubang Tanam

Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan. Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.

D. Seleksi dan Penanaman Bibit

1 Seleksi bibit

Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :

– Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.

– Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas

– Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral

– Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).

2 Kebutuhan bibit

 

Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.

3 Penanaman

Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP – 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.

D.Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.

 

1Pengendalian gulma

Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

2.Program pemupukan

Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl.

3.Pemberantasan Penyakit Tanaman

Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

budidaya kelapa sawit

Peningkatan Produksi & Kualitas cpo PDF Print E-mail

       Kelapa sawit merupakan komoditi yang memiliki potensi yang sangat besar dalam menyumbangkan devisa bagi negara dari sektor non migas. Indonesia sebagai produsen minyak sawit melihat hal tersebut sebagai pemacu untuk meningkatkan produksi, melalui perluasan lahan penanaman kelapa sawit (ekstensifikasi) dan meningkatkan teknologi pertanian yang berkualitas (intensifikasi).

Budidaya Kelapa Sawit

Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15 °LU-15 °LS. Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 0-500 m dpl. Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30 °C. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas.
Perbanyakan kelapa sawit dilakukan dengan cara generatif dan saat ini sudah dilakukan kultur jaringan untuk memperbanyak kelapa sawit. Pada pembiakan dengan kultur jaringan digunakan bahan pembiakan berupa sel akar (metode Inggris) dan sel daun (metode Perancis). Metode ini mampu memperbanyak bibit tanaman secara besar-besaran dengan tingkat produksi tinggi dan pertumbuhan tanaman seragam.
.
Benih untuk bibit kelapa sawit disediakan oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebunan Medan. Benih dengan kualitas sangat baik ini berasal dari induk Delidura dan bapak Pisifera.

Cara melakukan perbanyakan tanaman kelapa sawit sebagai berikut :
a) Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
b) Tandan buah diperam selama tiga hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
c) Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji dengan air dan masukkan ke dalam larutan Biotama 5 ( 3 tutup botol Biotama dalam 1 liter air) selama 3 menit. Keringanginkan dan seleksi untuk memberoleh biji yang berukuran seragam.
d) Semua benih disimpan di dalam ruangan bersuhu 22 °C dan kelembaban 60-70% sebelum dikecambahkan.
Sedangkan benih yang siap dikecambahkan, lalu diperlakukan sebagai berikut:
a) Rendam biji dalam air selama 6-7 hari dan ganti air tiap hari, lalu rendam dalam larutan Biotama 5 selama 2 menit. Biji dikeringanginkan.
b) Masukkan biji ke dalam kaleng pengecambahan dan tempatkan dalam ruangan dengan temperatur 39 °C dan kelembaban 60-70% selama 60 hari. Setiap 7 hari benih dikeringanginkan selama 3 menit.
c) Setelah 60 hari rendam benih dalam air sampai kadar air 20-30% dan kering anginkan lagi. Masukkan biji ke larutan Biotama 5 selama 1-2 menit. Simpan benih di ruangan 27 °C. Setelah 10 hari benih berkecambah. Biji yang berkecambah pada hari ke 30 tidak digunakan lagi.

Penanaman sawit.
Tiap lubang tanaman beri pupuk organik dari kotoran ternak/pupuk kandang yang difermentasi dengan Biotama 3. Pada saat penanaman 20 kg/lubang tanaman. Dan selalu diulang setiap tahun. Disamping itu semprotkan larutan Biotama 1 & Biotama 5 pada tanaman di pagi hari sebelum matahari terbit kalau di Indonesia sebelum jam 7 pagi atau sore hari kalau di Indonesia sekitar setelah jam 4 sore (saat matahari belum terbit ataupun matahari sudah terbenam) , waktu penyiraman setiap 2 minggu sekali secara rutin sampai tanaman berbunga. Pada saat tanaman berumur 2 minggu sd 1 tahun disemprot 5 – 6 tangki @ 15 liter larutan Biotama **) tiap Hektar. Umur 2 sd 3 tahun setelah tanam disemprot 8 – 9 tangki untuk tiap hektar tanaman.

Pengembangan Kelapa Sawit
Perluasan areal lahan telah dimulai sejak beberapa tahun ini. Indonesia telah memperluas lahan penanaman kelapa sawit sampai ke Indonesia bagian Timur, seperti Kalimantan dan Sulawesi (sebelumnya hanya pulau Sumatra). Perluasan lahan tersebut mempunyai dampak pada teknologi pertanian, karena lahan baru yang ditanami kelapa sawit tersebut mempunyai sifat dan struktur tanah yang berbeda dari keadaan lahan sebelumnya. Oleh sebab itu, dibutuhkan peningkatan teknologi pertanian yang berkualitas.

Peningkatan produktivitas merupakan tantangan terkini dalam budidaya kelapa sawit yang dilatarbelakangi oleh terus meningkatnya biaya produksi, harga sawit yang berfluktuasi, dan pengembangan kelapa sawit yang terus mengarah ke lahan marjinal.

Upaya percepatan masa pertumbuhan tanaman dilakukan melalui peningkatan kualitas bibit kelapa sawit yang didukung dengan penerapan kultur teknis terkini sesuai standar. Peningkatan produksi kelapa sawit diupayakan melalui pengaturan kerapatan tanaman secara berjenjang dan peremajaan tanaman dengan teknik underplanting. Tindakan untuk mengatasi faktor-faktor pembatas pada lahan marjinal di antaranya diupayakan melalui penerapan berbagai teknik terkini tentang konservasi tanah, GIS (geographical information system), pengelolaan air bebas aliran per_mukaan, pengelolaan hara tanah secara berimbang, aplikasi bahan pembenah tanah, perakitan teknologi budidaya kelapa sawit berdasarkan aspek biologi yang ramah lingkungan.
.

Peningkatan produksi kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain perbaikan lahan, sistem pemupukan dan perawatan tanaman selama pertumbuhannya. Sifat lahan perkebunan kelapa sawit selama ini selalu menggunakan pupuk kimia dan pestisida sehingga lahan yang awalnya bersifat alami menjadi tercemar dan dalam jangka panjang lahan terasebut akan rusak dan tidak layak untuk pertanian. Itulah Sebabnya, pengolahan lahan harus ditangani dengan teknologi yang berkualitas, ramah lingkungan dan berkesinambungan.

  • Menyadari keadaan di atas, maka PT UTOMO DECK menawarkan teknologi yang berbasis biologis yaitu pemupukan dengan teknologi mikroorganisme dengan merk : BIOTAMA. BIOTAMA membantu : Menggemburkan dan menyehatkan tanah.
  • Meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang positif di dalam tanah.
  • Menyehatkan benih dan bibit tanaman. Daun, bunga & buah tidak mudah rontok.
  • Menekan hama & penyakit tanaman.
  • Mempercepat pertumbuhan tanaman, membuat daun lebih tebal & kuat, batang tanaman lebih kuat.
  • Meningkatkan produksi, rasa, warna dan kualitas hasil panen.
  • Menghasilkan produk yang sehat dan bebas bahan kimia

BIOTAMA 1 mengaktifkan kembali mikroorganisme di dalam tanah, air dan udara sehingga bisa menangkap berbagai unsur hara dan digunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman. BIOTAMA 1 mengandung mikroorganisme jenis penicillium dan streptomyces yang berfungsi sebagai anti toksin sehingga bisa menyehatkan tanaman. Bakteri fotosintetik yang ada di dalam BIOTAMA 1 meningkatkan energi, jadi bila disemprotkan pada tanaman akan memacu pertumbuhan tanaman, bila disiramkan pada tanah akan memperbaiki produktivitas tanah. Dan bila digunakan untuk merendam benih maka benih menjadi lebih sehat dan mudah tumbuh.

Bakteri-bakteri yang terkandung dalam BIOTAMA merupakan bakteri alamiah (asli Indonesia) yang dikultur secara fermentasi dengan sistem pengkayaan nutrisi. Bakteri tersebut adalah Rhizobium, Azotobacter, Actinomycetes, Lactobacillus, Streptomyces, Rhodomyces dan Bakteri Fotosintat dan berbagi jenis lainnya yang terdiri dari 79 strain dalam jumlah sekitar 107. per cc BIOTAMA tersebut.

BIOTAMA telah dites di Lab. Mikrobiologi, Universitas Brawijaya Malang dengan nomer 28/MIKRI-BIO/F-MIPA/06/2005 dan telah mendapat ijin dari Departemen Perindustrian untuk diproduksi skala industri dengan nomer : 533/172/435.4.12/2005. Pada tanggal 25 Juni 2006 BIOTAMA telah mendapatkan pengakuan dari IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement). Hal tersebut mengartikan bahwa BIOTAMA telah memenuhi syarat sebagai pupuk organik sesuai dengan komposisinya (nutrisi dan kandungan mikrob) yang telah layak untuk dipasarkan dan diuji coba dengan hasil yang memuaskan. BIOTAMA juga melakukan tes / uji terhadap produk secara kontinyu untuk menjaga kualitas produk sehingga tidak merugikan konsumen.

  • BIOTAMA digunakan oleh petani sawit karena Menggemburkan dan menyehatkan tanah.
  • Meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang positif di dalam tanah.
  • Menyehatkan benih dan bibit tanaman. Daun, bunga & buah tidak mudah rontok.
  • Menekan hama & penyakit tanaman.
  • Mempercepat pertumbuhan tanaman, membuat daun lebih tebal & kuat, batang tanaman lebih kuat.
  • Meningkatkan produksi, rasa, warna dan kualitas hasil panen.
  • Menghasilkan produk yang sehat dan bebas bahan kimia.

BIOTAMA, sebagai sumber inokulan mikroorganisme mengandung : Bakteri Penambat Nitrogen Bebas, seperti Rhizobium sp., Bradyrhizobium sp. dan Azobacter sp.dll.

Bakteri-bakteri tersebut sudah lazim digunakan sebagai inokulan yang penting dalam pertanian terpadu (mixfarming), sistem tumpang sari (multiple cropping system) dan tanaman penutup (over crops) sebagai pupuk hayati. Pupuk hayati mempunyai kelebihan, yaitu ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu yang tidak terurai (rekalsitran) dan lebih murah karena dapat diproduksi secara lokal. Baik bentuk asosiasi maupun bentuk bebasnya, bakteri-bakteri tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk mengikat (memfiksasi) Nitrogen bebas, sehingga tanaman tidak hanya tergantung pada kandungan Nitrogen tanah yang biasanya berasal dari pupuk kimia.

Tanaman penyerap Nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3) atau ammonia (NH3). Sehingga ammonia yang dihasilkan dari bakteri penambat N dapat langsung digunakan oleh tanaman. Selain dapat menyediakan N untuk tanaman, bakteri penambat N juga mampu untuk menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT) bagi tanaman. Seperti senyawa Indol (IAA) yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan akar dan memacu pembentukan rambut akar sehingga daya serap akar terhadap nutrisi akan mengikat, dan Giberelin yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, khususnya perpanjangan batang.
Nitrogen merupakan nutrisi yang paling penting bagi warna hijau daun (klorofil). Apabila sebuah tanaman menderita kekurangan (defisiensi) N akan menyebabkan daun mengalami klorosis (daun tidak hijau), sehingga menurunkan laju fotosintesis yang akan memberikan dampak menurunnya fotosintat yang akhirnya akan menurunkan produktivitas suatu tanaman. Institut Riset Padi Internasional (IRRI) telah melakukan penelitian bahwa bakteri penambat Nitrogen yang hidup bebas dapat memfiksasi N2 hingga 50-60%. Sehingga kita dapat menghemat biaya dengan mengurangi pemberian pupuk N konvensional.

Menurut Hakim dkk. (1986) definisi proses mineralisasi adalah proses perubahan senyawa organik menjadi unsur anorganik. Misalnya, perubahan nitrogen organik menjadi nitrogen anorganik dan dapat digunakan tanaman. Mineralisasi adalah pelapukan bahan organik yang melibatkan kerja enzim-enzim yang menghidrolisa komplek protein.

Mineralisasi nitrogen organik sebenarnya adalah proses amonifikasi dan nitrifikasi. Amonium adalah senyawa nitrogen anorganik yang paling tereduksi dan merupakan substrat awal bagi proses nitrifikasi. Definisi nitrifikasi adalah proses pembentukan nitrat atau nitrit secara hayati dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen tereduksi. Proses nitrifikasi dan amonifikasi adalah proses mineralisasi. Nitrifikasi terdiri dari dua tahap yaitu oksidasi amonium menjadi nitrit disusul dengan oksidasi nitrit menjadi nitrat oleh dua jenis bakteri yakni : Nitrosomonas yang mengoksidasi amonium menjadi nitrit, dan Nitrobacter yang mengoksidasi nitrit menjadi nitrat (Imas dkk., 1989; Sutedjo dkk., 1996)

Bakteri pelarut Fosfat (PSB)Ketersediaan P di tanah ada dalam dua bentuk, yaitu fosfat organik (asam nukleat) dan fosfat anorganik (berikatan dengan logam seperti A1, Ca, Fe). Fosfat dalam tanah dapat dilarutkan dengan sistem perakaran dan mikroorganisme. Namun kedua sistem tersebut bekerja tergantung pada pH tanah. Pada keadaan tanah netral sampai mendekati basa, tanah banyak mengandung kalsium sehingga terjadi pengendapan kalsium fosfat (CaPO4) dan fosfatnya terlepaskan. Proses ini disebut sebagai pelarutan oleh perakaran dan mikroorganisme. Pada keadaan tanah asam, tanah miskin kandungan kalsiumnya, sehingga fosfat lebih potensial berikatan dengan Fe maupun A1 yang bersifat sukar larut, sehingga dapat mengakibatkan tanaman mengalami kekurangan fosfat. Oleh karena itu, pada tanah asam kita dapat mesiasatinya dengan cara menginokulasikan biji / tanah dengan mikroorganisme pelarut fosfat dan pupuk ber-fosfat.

Unsur P sangat diperlukan oleh tanaman untuk proses pembelahan sel, pembungaan, pembuahan dan perkembangan akar lateral (akar cabang) yang berperan penting dalam penyerapan hara mineral. Bakteri pelarut fosfat juga mampu menghasilkan asam organik seperti asam propionat, asetat, fumarat, suksinat, format dan asam glikolat yang dapat dimanfaatkan oleh perakaran maupun memacu pertumbuhan bakteri lain yang bersifat sinergis.

Actinomycetes

Actinomycetes oleh para peneliti mkrobiologi dikelompokan ke dalam bakteri. Bakteri ini memiliki kemampuan yang penting bagi kelangsungan proses-proses fisika, kimia dan biologi tanah. Actinomycetes biasanya hidup didalam tanah dan berperan penting dalam proses pelapukan/ perombakan bahan organik kompleks menjadi bahan organik yang lebih sederhana dan dapat langsung digunakan oleh organisme lain. Keistimewaan bakteri ini adalah memiliki kecenderungan untuk berasosiasi dengan suatu lapisan permukaan padat.

Actinomycetes adalah bakteri yang tidak tahan asam, memiliki filament diawal pertumbuhannya. Actinomycetes dapat bersifat anaerob fakulatif (mampu tumbuh baik jika terdapat O2 bebas atau tidak ada O2) dapat mampu memfermentasikan karbohidrat. Actinomycetes mempunyai 3 fungsi:
1.Mendekomposisi bahan organik
2. Menghasilkan antibiotik yang dapat menghambat bahkan mematikan mikroba lainnya, khususnya yang patogen
3. Mengikat struktur tanah liat sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah
4. Dapat menghilangkan bau, dengan zat-zat metabolik yang dikeluarkannya.
Lactobacillus

Lactobacillus tergolong kedalam famili Lactobacillaceae, bakteri berbentuk batang dan Gram Positif, tidak berspora, anaerob fakultatif, bakteri ini berperan dalam penyediaan nutrisi, asam-asam lemak (asam laktat, asam asetat) dan dapat mensintesis vitamin (vit B)
Lactobacillus dapat bersifat:
1. Homofermentatif, yaitu dapat memecah gula menjadi asam laktat dan menghasilkan antibiotik.
2. Heterofermetatif yaitu mampu memecah gula menjadi asam laktat dan produk-produk sampingan seperti asam asetat dan CO2 (karbondioksida)
Streptomyces, Actinomycetes dalam BIOTAMA membentuk zat-zat yang anti bakteri, juga menghasilkan zat-zat bioaktif seperti hormon dan enzim yang dapat meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar. Sekresi ragi merupakan substrat yang baik untuk mikroorganisme efektif seperti bakteri asam laktat dan Actinomycetes. Streptomyces, fungi dan bakteri asam laktat adalah merupakan mikroorganisme fermentatif yang dapat mendegradasi bahan-bahan organik (Prihandarini, 2000; Schlegel, 1994).
Actinomycetes, yang strukturnya merupakan bentuk antara dari jamur dan bakteri, menghasilkan zat-zat anti mikroba dan asam amino yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik. Actinomycetes dapat hidup bersama dengan bakteri fotosintetik (Prihandarini, 2000)

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.
Dipublikasi di Uncategorized | 2 Komentar